Yandy Laurens : Kita Membutuhkan Film Keluarga

Keluarga Cemara mencoba menceritakan kehidupan yang lebih relevan dengan masa kini.

Yandy Laurens mengawali workshop dengan menceritakan dirinya dan keluarganya dilanjutkan dengan pemutaran karyanya yang berjudul Indonesia Itu Rumahku. “Indonesia (Ibu) adalah rumah. Dengan segala kekurangannya untuk kita perbaiki, dan dengan segala kelebihannya untuk kita nikmati. Kita bisa pergi bekerja ke tempat lain, tapi sampai kapan pun kita akan tahu, bahwa ada tempat untuk kita bisa pulang, tempat kita akan selalu diterima,” ungkapnya begitu film berakhir, yang direspon tepuk tangan meriah oleh peserta workshop, di Ruang Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Rabu, 26 Juni 2019.

Workshop bertema Principles in Script Writing yang dibawakan oleh Yandy ini adalah salah satu kegiatan di Makassar International Writers Festival (MIWF). . Peserta sangat antusias, mereka misalnya bertanya bagaimana sebuah cerita yang sangat minim dialog namun memiliki kesan yang mendalam.

Kepada peseta workshop yang didominasi mahasiswa UIN Alauddin, Yandy memberikan semangat dan mengingatkan untuk selalu bangga menjadi orang Makassar, serta meminta mereka untuk terus berkarya. “Pekerjaan perfilman di Makassar memiliki potensi yang besar,” katanya. Workshop yang depend Andi Fauziah Astrid itu ditutup dengan foto bersama peserta dengan Yandy.

***

Setelah acara workshop di UIN Alauddin, sineas muda Indonesia, Yandy Laurens melanjutkan sesi berbagi di Ruang Chapel, Fort Rotterdam dalam program Don’t Judge A Book by Its Movie: Keluarga Cemara.

Mereka yang hadir memadati ruangan Chapel  adalah penonton dan pembaca “Keluarga Cemara”. Yandy menceritakan proses kreatifnya dalam mengadaptasi film “Keluarga Cemara” dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto. Menurutnya,film Keluarga Cemara yang disutradarainya memiliki banyak sekali perbedaan dengan novelnya. Setelah mendapatkan wejangan dari Arswendo –-penulis novel— Yandy mengaku diberikan kebebasan untuk berkreativitas. “Saya mencoba membuat ceritanya lebih relevan dengan masa kini,” ungkap Yandy.

Lelaki lulusan Institut Kesenian Jakarta ini mengaku punya ketertarikan dengan tema keluarga. Melalui film, Yandy mencoba mengangkat hal paling bermakna dan paling dekat baginya, yaitu keluarga. Melihat kondisi perfilman Indonesia yang dipenuhi oleh film-film action, horror, dan cinta-cintaan. “Saya kira kita membutuhkan film keluarga,” katanya.

Yandy Laurens dikenal dalam dunia perfilman sejak film pendeknya yang berjudul “Wan An” memenangkan Piala Citra pada 2012. Karya-karyanya juga diterima baik oleh pemirsa Youtube melalui Webseries-nya yang berjudul “Sore (2016)” dan “Mengakhiri Cinta Dalam Tiga Episode (2018).” Pada tahun 2019, ia menyutradarai film “Keluarga Cemara” sebagai debutnya di Film Layar Lebar.

Acara yang berlangsung pada pukul 14.00-15.30 WITA ini, ditutup dengan tepuk tangan meriah dan pembacaan nukilan novel Keluarga Cemara oleh moderator Mawar Lestari. (*)

Abd.Wahab | Wahyuni

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top