Makassar International Writers Festival
  • HOME
  • ABOUT
    • Festival Team
  • EVENTS
    • 2021 – Anthropause
    • 2022 – Awakening
  • SPEAKERS
    • Speakers 2021
    • Speakers 2022
  • MEDIA
    • Gallery
  • FAQ’s
  • SUPPORT
  • DONATE NOW
Makassar International Writers Festival
  • HOME
  • ABOUT
    • Festival Team
  • EVENTS
    • 2021 – Anthropause
    • 2022 – Awakening
  • SPEAKERS
    • Speakers 2021
    • Speakers 2022
  • MEDIA
    • Gallery
  • Search

Closing Ceremony MIWF 2021

Homepage MIWF 2021 Closing Ceremony MIWF 2021
MIWF 2021

Closing Ceremony MIWF 2021

August 10, 2021
By makassarwriters
0 Comment
686 Views

MIWF dikerjakan oleh 28 orang staff dan volunteer dengan 10 mata acara. Yang dikejar dalam MIWF adalah keterhubungan antar pihak melalui sesi-sesi daring ini. Pada sesi kali ini akan ada perkenalan emerging writers dan sesi bersama Riri Riza. Ada penampilan dari Hara, seorang seniman yang fokus menyuarakan tentang hubungan antara manusia dan alam melalui musik.

Refleksi yang bisa ditarik selama MIWF berlangsung adalah keterbatasan bukan jadi penghalang untuk berkarya. Pekerja migran yang menulis di sela-sela waktu senggangnya, bahkan menyiapkan catatan kecil dan menuliskan buah pikirannya saat bekerja dan membacanya kembali di saat senggang. Potongan-potongan yang kemudian mereka kumpulkan menjadi satu kesatuan yang utuh. Lalu, ada Behrouz yang mengirimkan tulisannya diam-diam saat masih di detensi melalui pesan kepada temannya. Tulisan-tulisan tersebut kemudian menjadi sebuah buku yang kini mendapat banyak penghargaan. Kata dekolonisasi juga semakin sering terdengar selama sesi-sesi di MIWF berlangsung. Orang-orang datang dan saling bersinggungan hingga memberikan wawasan-wawasan baru. MIWF juga berusaha menciptakan sebuah festival yang inklusif.

Ada 71 karya penulis laki-laki dan 71 karya penulis perempuan untuk pendaftaran emerging writers kali ini. Mereka adalah Siti Hajar dari Kupang, Jemmy Piran dari Flores Timur, Vanie Saffran dari Atambua, Septina Andriani dari Samarinda, Iin Farliani dari Mataram, Afryantho Keyn dari Flores, dan Chaery Ma dari Tolitoli. Sesi kali ini dimulai dengan pembacaan karya masing-masing emerging writer.

Karya-karya emerging writers yang terpilih ini didasari oleh penilaian seperti bagaimana penulis mengerjakan gagasannya dalam bentuk puisi atau prosa. Tidak ada tema tertentu untuk penulis, tetapi kurator membuka peluang bagi penulis yang mengangkat tema-tema yang jarang diangkat untuk memperkaya khazanah cerita dari emerging writers. Bagi Intan Paramaditha, menjadi kurator dan membaca karya-karya dari Timur ini butuh pendekatan yang berbeda. Ia berusaha melihat potensi-potensi dari karya yang dibacanya. Referensi gaya penulisan sangat perlu dikembangkan oleh calon-calon peserta emerging writers. Semakin banyak referensi, semakin kaya bentuk tulisannya. Shinta Febriany juga menambahkan bahwa tematik terkait lokalitas itu bukan hal yang baru lagi, tetapi sudah terjadi sebelum-sebelumnya. Aan Mansyur juga mengungkapkan bahwa ia penasaran dengan apa yang terjadi di daerah Nusa Tenggara Timur. Tahun ini ada 4 orang emerging writer dari daerah-daerah di NTT. Penulis-penulis ini banyak membaca, saling mengkritik lewat karya dan saling berdiskusi. Hal ini jadi sesuatu yang menarik bagi Aan.

Sesi lain dari rangkaian penutupan MIWF 2021 ini adalah kehadiran Riri Riza, co-founder dari Rumata’ Artspace. Ia membagikan refleksi 10 tahun Rumata’ yang berdiri di sebuah lingkungan pemukiman yang dulunya adalah rumah masa kecil Riri Riza. Rumata’ telah berdiri sejak tahun 2010 dan sudah berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk mahasiswa dan pegiat seni. Rumata’ juga menjadi rumah bagi MIWF dan SEAscreen Academy sejak tahun 2011. Melewati satu dekade berdiri, Riri mengungkapkan bahwa ia dan Lily Yulianti Farid ingin berkolaborasi lebih luas dengan seniman-seniman, komunitas, maupun masyarakat yang ada di kawasan Rumata’ Artspace berada. Riri juga berharap di tahun-tahun selanjutnya Rumata’ bisa menjadi ruang diskusi yang lebih terbuka melalui rencana arsitektur yang baru dan diharapkan bisa membuka peluang residensi bagi seniman-seniman di seluruh daerah, baik itu dalam dan luar negeri.

Penampilan spesial ditutup oleh Hara. Ia mengaku pengalamannya saat tinggal di Selandia membuka pintu baginya untuk lebih dekat dengan alam. Tidak hanya belajar tentang ilmu botani misalnya, ia juga terus belajar hal-hal baru dan menuangkannya dalam karya. Ia menerbitkan buku baru-baru ini dan juga membuat lagu-lagu dari perjalanan berkebunnya. Lagu kenduri yang dalam bahasa Jawa berarti selamatan. Melalui lagu ini ia ingin berterima kasih pada alam atas apa yang disediakannya.

Tonton rekaman performance Hara berikut ini

Nama Hara sendiri diambil dari kandungan dalam tanah, yaitu unsur hara. Baginya, hara ini seperti rahim yang melahirkan kebaikan-kebaikan. Nama bukan hanya nama, tetapi doa dan harapan. Bagi Hara, komunitas berperan sangat besar dalam keberlangsungan penciptaan sebuah karya. Saling memberi dukungan dan kebaikan-kebaikan dalam satu komunitas membuat banyak hal dapat dilakukan.

Tonton rekaman penutupan MIWF selengkapnya melalui tautan berikut ini.


Previous Story
Crisis Within Crisis: An Introduction to Climate Fiction
Next Story
Apa yang bisa Teman MIWF Lakukan Saat Bertemu dengan Teman Tuli?

Recent Post

  • Mengakses Duka Perempuan dari Suara-suara Penulis Perempuan Monday, 8, Mar
  • MIWF Memory Project: Japan Through the Eyes of a MONKEY Monday, 14, Dec
  • Film Animasi Karya Animator Makassar Akan Premiere di Australia Saturday, 26, Nov
  • Suarakan Keadaan Sekitar Melalui Sastra dan Musik Wednesday, 20, Jul
  • Proses Penyembuhan Trauma Dibahas di MIWF 2022         Friday, 24, Jun
  • Seperti Buku, Skenario Film Harus Dibahas Tuntas Friday, 24, Jun
  • Kisah Penerjemahan Karya Sastra di Masa Pandemi Friday, 24, Jun

Recent Comments

    Contact Info

    Makassar International Writers Festival is a part of Rumata Art Space Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221
    Contact Us

    makassarwritersfestival@gmail.com

    Copyright ©2020 MIWF 2020. All Rights Reserved
    SearchPostsLogin
    Monday, 8, Mar
    Mengakses Duka Perempuan dari Suara-suara Penulis Perempuan
    Monday, 14, Dec
    MIWF Memory Project: Japan Through the Eyes of a MONKEY
    Saturday, 26, Nov
    Film Animasi Karya Animator Makassar Akan Premiere di Australia
    Wednesday, 20, Jul
    Suarakan Keadaan Sekitar Melalui Sastra dan Musik
    Friday, 24, Jun
    Proses Penyembuhan Trauma Dibahas di MIWF 2022        
    Friday, 24, Jun
    Seperti Buku, Skenario Film Harus Dibahas Tuntas
    Friday, 24, Jun
    Kisah Penerjemahan Karya Sastra di Masa Pandemi
    Thursday, 23, Jun
    MIWF 2022, Diskusi dan Peluncuran Buku Meneropong Manusia Sulawesi

    Welcome back,