Martha Hebi

Martha Hebi, perempuan kelahiran Waingapu, Sumba Timur, alumni Institut Teknologi Yogyakarta. Dia yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial. Sejak tahun 2003 berkarya dalam dunia pemberdayaan masyarakat di Pulau Sumba. Kecintaannya pada dunia seni budaya sangat membantunya untuk menyuarakan isu ketidakadilan sosial dan autokiritik terhadap tradisi paatriarki seperti diskriminasi terhadap perempuan, penyandang disabilitas, praktik kawin tangkap, kawin anak, perbudakan tradisional, diskriminasi terhadap penghayat Marapu. Dia menuangkan lewat tulisan, esai, puisi, cerpen, monolog. Bersama SOPAN Sumba dan Komunitas Hambila, dia terlibat dalam pementasan serta menyutradarai beberapa pertunjukan.

Karya-karyanya fiksi dan non fiksi yang berkaitan dengan apresiasi dan kritik sosial isu ketidakadilan terhadap perempuan, penyandang disabilitas, korban dan penyintas praktik tradisi lokal antara lain puisi-puisi dalam Isis dan Musim-musim Kumpulan Puisi Penulis Perempuan Indonesia Timur (2014), monolog: Menjadi Perempuan (2010), Menjadi Perempuan itu Sex…i? (2013), Mama, Rahimku Berdarah (2013), Sarung Penyembuh Luka (2021). Esai: Rahim Perempuan Diperalat Sebagai Penerus Perbudakan Tradisional dalam Buku “Jalan Sunyi Pekerja Rumah Tangga” Komnas Perempuan (2022). Buku: Perempuan (Tidak) Biasa di Sumba Era 1965-1998, Cipta Media Ekspresi, Wikimedia and Ford Foundation (2020).

Pada tahun 2022, dia menjuarai lomba menulis esai yang diselenggarakan oleh Kompas dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Esainya mengangkat apresiasi terhadap perempuan yang berjuang dalam system sosial perbudakan di Sumba berjudul Ketika Perempuan dari Kasta Bangsawan dan Hamba di Sumba Bersiasat Memutus Rantai Perbudakan, Project Multatuli (2022).

All Sessions by Martha Hebi

Scroll to Top