Berdarah Jawa-Solo, lahir dan besar di Tangkak, Johor, Mei 1984; Mosyuki Borhan (Yuki) menemukan hidup di Kuala Lumpur sebagai penulis, penyair, pemain pentas, dan menjalankan rutin sebagai penyeduh kopi.
Mula menulis secara serius dan aktif di blog pada 2009, karyanya kemudian terbit dan dibukukan dalam, Telegram (Sajak, Terbit Sendiri, 2011), Antologi Sepuluh Ribu (Cerpen, Selut Press, 2012), Rahsia 2 Pria (Sajak, Selut Press, 2012), Tempe & Latte (Sajak, Selut Press, 2014), Untuk Yang Telah Pergi (Sajak, Rumah Ripta, 2016), Hujan Bakawali Di Rumah Tuhan (Sajak, Rumah Ripta, 2018), serta tersiar di beberapa rilisan sastera bercetak dan elektronik sejak 2011. Rukun Ranah (Sajak, Rumah Ripta, 2023) adalah buku sajak ke-7 tulisannya.
Yuki juga seorang editor & pengasas rumah penerbitan (Rumah Ripta) yang juga mengendalikan bengkel serta acara seni. Diundang ke beberapa perayaan sastera di Malaysia dan Indonesia; ‘Makassar International Writers Festival (MIWF)’, Sulawesi Selatan (2018 & 2019) dan ‘Festival Sastra Banggai (FSB)’, Sulawesi Tengah (2019). Pernah menulis dan mengarahkan filem pendek berjudul ‘Bunga’, adaptasi cerpen tulisannya (2016) dan menulis lirik lagu ‘Rasa Yang Hilang’ yang menjadi runut bunyi ‘Siri TV - Hilang’ (2022).
Yuki aktif mementaskan sajaknya dengan menggabungkan bacaan bersama lakonan, olah tubuh dan bunyi-bunyian, selain bermain teater dan berperan sebagai watak yang mengiringi persembahan beberapa kugiran di atas pentas. Boleh disapa di media sosial; @mosyukiborhan atau mosyukiborhan@gmail.com.