Makassar International Writers Festival
  • Donate
  • Menu Canvas
    • Home
    • About Us
    • Events
      • Events Calendar
      • Events Schedule
      • Events Archive
    • Speakers
    • Media
      • News
      • Gallery
    • Contact
  • FAQ’s
  • SUPPORT
  • DONATE NOW
Makassar International Writers Festival
  • HOME
  • ABOUT
  • EVENTS
    • Events Calendar
    • Events Schedule
    • Events Archive
  • SPEAKERS
  • MEDIA
    • News
    • GALLERY
  • CONTACT
  • Search

Gender dan Kekayaan Bahasa

Homepage News Gender dan Kekayaan Bahasa
News

Gender dan Kekayaan Bahasa

June 27, 2019
By makassarwriters
0 Comment
99 Views

Book Launch: Book Series of BTW 2

Tahun 2019, Indonesia menjadi Market Focus Country di London Book Fair, Yayasan Lontar menerbitkan dan menerjemahkan 14 karya sastra Indonesia dari 14 penulis muda. Kamis sore, 27 Juni 2019, sebagai rangkaian kegiatan Makassar International Writers Festival (MIWF), di Ruang Dewan Kesenian Makassar (DKM), Fort Rotterdam, Makassar, berlangsung Book Launch: Book Series of BTW 2 bersama Zen Hae, Sabda Armandio, Faisal Oddang, Toni Pollard, dan Isla Winarto yang dipandu oleh John McGlyn yang merupakan pendiri Yayasan Lontar.

Acara dibuka dengan penuh tawa. Pembawaan John yang memandu acara dengan santai membuat pengunjung terhibur dan semakin bersemangat mengikuti acara hingga selesai. John, memberikan kesempatan Zen Hae sebagai pembicara pertama untuk membicarakan tentang penyuntingan karya-karya yang diterjemahkan oleh Yayasan Lontar. Zen Hae mengungkapkan bahwa ia termasuk salah satu yang diterjemahkan karyanya pada Book Series of BTW 1 bersama beberapa penulis lainnya.

Pada kesempatannya Zen Hae juga menceritakan mengenai alasan pemilihan karya untuk diterjemahkan pada Book Series of BTW 2 ini “kita ingin penulis-penulis muda agar karya-karya mereka dikenal lebih luas lagi.”

Salah satu penulis kelahiran Wajo, Sulawesi Selatan yang diterjemahkan karyanya adalah Faisal Oddang. Novelnya “Tiba Sebelum Berangkat” bercerita mengenai Komunitas Bissu dan kisah-kisah kelam orang-orang Sulawesi Selatan. “Saya sempat merasa penasaran, bagaimana penerjemahan terhadap kata Bissu—dalam kepercayaan Bugis, dikenal sebagai orang yang tidak memiliki gender—, apakah akan dituliskan ‘He’atau ‘She’.”

Mengenai penggunaan kata ‘He’ maupun ‘She’ dalam penerjemahan karya, Toni Pollard sebagai penerjemah, sekaligus sebagai pembicara ketiga, mengakui bahwa hal ini adalah kesulitan tersendiri, tapi akhirnya dia memilih kata ‘He’ untuk menerjemahkan  kata Bissu.  Gender dalam bahasa adalah “bukti kekayaan bahasa dan kerumitan dalam penerjemahan” kata perempuan yang kini menjadi pengajar Bahasa Indonesia di Australia ini.

Acara berlangsung sangat menarik, di sela-sela acara, John memberikan pertanyaan kepada para pengunjung yang hadir. Salah satu pertanyaan yang diajukan John kepada para pengunjung “Untuk apa kami menerbitkan dan menerjemahkan karya penulis-penulis muda ini?” lalu memberikan doorprize—ada 5 buku yang sempat diberikan kepada pengunjung yang menjawab dengan benar—berupa buku-buku yang diterjemahkan oleh Yayasan Lontar. “Penerbitan ini untuk mempromosikan dan memperkenalkan karya-karya penulis muda Indonesia ke dunia sastra yang lebih luas” jawab seorang pengunjung yang berhasil mendapatkan doorprize.

Selanjutnya, penulis muda yang digadang-gadang sebagai penulis prosa terkuat tahun ini, Sabda Armandio, menceritakan mengenai hal-hal yang membuatnya ingin menulis cerita. Penulis buku “24 Jam Bersama Gaspar” ini, mengaku banyak belajar menulis dari menerjemahkan karya-karya berbahasa Inggris. Ia juga menutup sesinya dengan membacakan cuplikan novel “24 Jam Bersama Gaspar” dan membuat para pengunjung semakin tertarik untuk membaca karya-karyanya.

Sesi acara ini ditutup oleh Isla, penerjemah yang merupakan keturunan Manado dan Australia ini mengungkapkan bahwa ia lebih banyak menerjemahkan cerpen. Ia juga sempat menceritakan masa kecilnya yang mempengaruhinya untuk menjadi penerjemah “saya dari kecil sudah menjadi penerjemah karena kedua orang tua saya berbicara dengan bahasa yang berbeda.” (*)

Abd.Wahab


Previous Story
Dunia Sastra Tak Kenal Minoritas/Mayoritas
Next Story
Sajak-sajak Pengingat Bencana

Related Articles

MIWF Memory Project: Japan Through the Eyes of a MONKEY

MIWF - MONKEY Literary Journal - Penerbit Haru – Post...

NAIDOC Week 2020 : A Virtual Celebration of Makassar-Yolnu Links

Join Rumata’ Artspace and the Australian Consulate-General Makassar for a...

Recent Post

  • MIWF Memory Project: Japan Through the Eyes of a MONKEY Monday, 14, Dec
  • NAIDOC Week 2020 : A Virtual Celebration of Makassar-Yolnu Links Friday, 6, Nov
  • Resensi Buku – Titik Krisis di Sulawesi Sunday, 3, Nov
  • MIWF Resensi Buku – Bertarung Dalam Sarung Wednesday, 18, Sep
  • Ketika Saatnya- Resensi Buku MIWF Wednesday, 18, Sep

Recent Comments

    Contact Info

    Makassar International Writers Festival is a part of Rumata Art Space Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221
    Contact Us

    makassarwritersfestival@gmail.com

    Copyright ©2020 MIWF 2020. All Rights Reserved
    SearchPostsLogin
    Monday, 14, Dec
    MIWF Memory Project: Japan Through the Eyes of a MONKEY
    Friday, 6, Nov
    NAIDOC Week 2020 : A Virtual Celebration of Makassar-Yolnu Links
    Sunday, 3, Nov
    Resensi Buku – Titik Krisis di Sulawesi
    Wednesday, 18, Sep
    MIWF Resensi Buku – Bertarung Dalam Sarung
    Wednesday, 18, Sep
    Ketika Saatnya- Resensi Buku MIWF
    Friday, 13, Sep
    Komitmen Nirsampah, PasarBaik Kembali Digelar

    Welcome back,