Merawat Bahasa Indonesia Bersama Joko Pinurbo

Peluncuran Buku: Srimenanti

“Walaupun saya menulis novel, saya akan tetap dikenal sebagai penyair.” Pernyataan ini sontak membuat seluruh pengunjung tertawa. Dengan cara berbicaranya yang tampak serius tetapi tetap penuh jenaka, Joko Pinurbo atau biasa disapa Jokpin, mengungkapkan hal sederhana ini pada peluncuran novel pertamanya “Srimenanti”, yang dilaksanakan di Ruang Chapel, Fort Rotterdam, Kamis, 27 Juni 2019, pada Makassar International Writers Festival 2019.

Siang yang gerah tidak membuat semangat para pengunjung MIWF berkurang. Sebaliknya, pada peluncuran buku ini, pengunjung yang hadir, memadati dan memenuhi Ruang Chapel. Terlihat beberapa peserta tidak mendapatkan kursi dan terpaksa berdiri hingga acara selesai. Tampak pula beberapa penulis yang menghadiri acara ini, di antaranya, Intan Paramaditha, Shinta Febriany, Sabda Armandio, Lala Bohang, Henny Triskaideman, serta Editor Gramedia; Siska Yuanita dan Teguh Affandi.

Acara ini dipandu oleh M. Aan Mansyur, dibuka dengan penyerahan buku secara simbolis dari Jokpin kepada editornya, Teguh Affandi. Aan membuka bincang-bincang bersama Jokpin dengan pertanyaan yang hampir ingin diketahui oleh semua pengunjung dan pembaca Jokpin “Kenapa Pak Jokpin menulis novel?”

Jokpin memang jauh dikenal sebagai seorang penyair. Ia meraih banyak sekali penghargaan karena puisi dan semua karya-karyanya adalah puisi. Novel Srimenanti merupakan novel pertamanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2019. Sambil bercanda dan tertawa sederhana, Jokpin menjawab “Saya ingin kembali mengasah kemampuan saya berbahasa Indonesia.”

Mengenai berbahasa Indonesia yang baik dan benar, Jokpin menyampaikan keresahannya mengenai bahasa Indonesia. “Masih banyak sekali hal yang belum kita gali dari bahasa Indonesia.” Ia bahkan meminta kepada seluruh pengunjung untuk memperhatikan hal ini “ini harus menjadi tanggungjawab kita semua.”

Novel pertamanya ini, adalah ruang latihan yang digunakan Jokpin untuk menggali kembali kekayaan bahasa Indonesia dan mengasah kembali kemampuannya menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Ia menambahkan “kita sebaiknya memelihara bahasa, merawat bahasa, persis seperti merawat tanaman.”

Ketika ditanya mengenai proses kreatifnya, Jokpin mengungkapkan bahwa novel Srimenanti adalah tafsir liarnya terhadap puisi Sapardi “Pada Suatu Hari Nanti.” Sebagai pembaca yang baik, Jokpin memberikan tips sederhana cara membaca karya sastra “cara membaca yang baik adalah menuliskan hasil pembacaan” dan novel ini diakuinya adalah pengembaraannya dan hasil pembacaannya terhadap puisi Sapardi.  Hampir sejalan dengan itu, Aan sebagai moderator, sempat menambahkan “Novel ini adalah penghormatan besar Jokpin terhadap puisi.”

Acara yang berlangsung pada pukul 14.00-15.30 WITA ini ditutup dengan pembacaan nukilan novel “Srimenanti” oleh moderator dan diakhiri dengan sesi penandatangan buku. (*)

Abd.Wahab

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top