Makassar, Rotterdam-Minggu 26 Mei 2024, merupakan hari terakhir Makassar International Writer Festival, hari ini sejumlah workshop dan diskusi dua kali lipat lebih ramai dari hari sebelumnya, termasuk pada diskusi “Perihal Sastra Anak: Kekuatan Kata dan Ilustrasi” pembicara, Rassi Nartika, Noor H. Dee, Nai Rinakeri, Findy Lengga dan moderator Harnita.
Sebagai sebuah karya sastra yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis dengan konten ringan dimengerti pada anak, ternyata sastra anak tidak semudah kedengarannya. Mba Rassi mengungkap, “Ketika saya bikin buku anak saya susah menjelaskannya, sebab buku anak itu kita harus menulis hal-hal singkat dan enak.. tapi hadir dari sesuatu yang besar dan kompleks.”
Karena memiliki kata anak yang mengikut, sastra anak kerap dinilai sepele. Padahal, Mba Nai menjelaskan kalau sastra anak itu, seimajinatif apapun penulis dalam menyusunnya tetap isi dari sastra berasal dari realitas dunia nyata.
Sudah menjadi PR bagi penulis sastra anak untuk membuat dunia yang lebih seru melalui sastra, sebab seperti yang dinyatakan Mba Nai bahwa, “Kami pengen nulis buku anak yang menyenangkan untuk dibaca. Makanya cerita—cerita yang kami buat, adalah cerita yang menyenangkan.”
Hal lain yang menarik dari diskusi ini ialah Findy Lengga, seorang penulis sastra anak kelahiran 2004. Dalam proses penulisan karyanya, dia senang sekali mengambil ide cerita dari lingkungan sekitarnya, seperti budaya, sejarah, dan atau mitos yang kerap kali di dengar namun sukar dibuktikan. Findy Lengga menyatakan, “Lewat karya, anak-anak berupaya sendiri mencari identitas mereka untuk mengetahui dirinya.”
Selain sebagai hiburan, sastra anak berperan penting dalam membangun kepekaan anak dalam melihat realitas dunia; dan sudah jadi pekerjaan tersendiri bagi penulis dan illustrator sastra anak untuk tidak membatasi sudut pandang realitas dunia melalui buku dan ilutrasinya.
Penulis: Mutmainnah Ramlan