Makassar International Writers Festival (MIWF) yang digelar 26-29 Juni 2019, tampil dengan tema People, sebagai respons terhadap Pemilu yang paling kompleks yang baru saja usai. Namun, di tahun ke-9 ini, MIWF dengan berani menciptakan festival ramah lingkungan atau Zero Waste Festival.
Pidato penutupan Direktur Lily Yulianti Farid menjadi salah satu momen penegasannya untuk melanjutkan MIWF tahun depan (1 dasawarsa).
Hal itu terungkap, saat Lily meminta kesediaan penonton yang setuju MIWF dilanjutkan menyalakan senter dari gawai masing-masing. Puluhan ribu orang yang memadati lapangan di depan panggung dan sekitarnya mengikuti instruksi tersebut.
“Mari kita lanjutkan festival ini di tahun berikut,” ujar Lily melihat respons penonton dari banyaknya sorot penerang gawainya.
“Saya selelah apapun, setiap kali ditanya tentang MIWF, terasa selalu ada energi untuk menjelaskannya. Karena bagi saya, festival ini, lahir dari kemarahan, kekecewaan, dari impian-impian yang rasanya tidak diwujudkan di kota ini,” papar Lily.
Lily juga menceritakan, sejarah dicetuskannya MIWF yang akhirnya diangggap seperti anak sendiri. Dia membayangkan Makassar dengan ruan-ruang baca dan ruang ruang terbuka yang manusiawi dan mendapat dorongan positif dari keluarganya.
“Sehinga rencana liburan keluarga kami sejak tahun 2011 memasukkan MIWF ini sebagai anggota keluarga kami. Tidak akan pernah ada liburan keluarga di pertengahan tahun lagi, karena Ibu akan pergi ke kota kelahirannya untuk bekerja bersama ratusan voluteer untuk bertemu dengan ratusan orang yang datang di Festival ini,”
Lily merasakan panggilan yang begitu keras, bahwa dia harus pulang ke kota kelahiran meski saat ini bermukim di Australia, untuk mengerjakan sesuatu.
Tapi saya tahu, yang saya impikan bukanlah hal kecil, bahkan ambisius bagi banyak orang. Awal dari festival ini (MIWF) dan juga awal dari Rumata Art Space. Saya tahu, hidup ini bekerja dengan penuh banyak misteri, sebuah ide bisa mempertemukan kita dengan banyak orang yang tak terduga,” jelas Lily.
Lebih lanjut, Lily menyebutkan mengerjakan sebuah festival dengan 60 mata acara dan mengundang berbagai penulis, dari berbagai negara, membuat orang percaya, untuk meluangkan waktu orang orang, adalah salah satu bagian dari cita-citanya.
“Membuat ratusan orang untuk menjadi relawan dalam festival ini, juga tentu ada yang menggerakkannya. Saya tidak tahu jawaban yang pasti, tapi saya merasa, ini asumsi saya, orang digerakkan oleh harapan, dengan harapan, ada sesuatu yang baik, yang bisa lahir dari orang orang biasa seperti kita. Setiap orang yang terlibat, kita semua merasa setara, bukan di perintah, tapi diajak,”
Lily menandaskan, semuanya berharap, sepulang dari festival ini, kita semua menjadi manusia yang lebih baik, lebih percaya akan hal hal yang baik, dan bisa dikerjakan bersama.
Penulis: Efrat Syafaat Siregar