Pameran Foto “The Butterfly Effect: Ketika Kupu-Kupu Menuju Kepunahan”, Misi Menyadarkan Dampak Krisis Alam

MAKASSAR — Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) 2025 menggelar beberapa pameran. Salah satu pameran foto bertajuk “The Butterfly Effetct: Ketika Kupu-Kupu Menuju Kepunahan”, yang berlangsung pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2025 di Fort Rotterdam Makassar, tepatnya di are Bastion Bonie tepat di samping gerbang masuk.

Foto-foto yang disuguhkan dalam pameran ini merupakan hasil jepretan Kurniadi Widodo yang berasal dari tulisan Titah AW untuk Project Multatuli. Pameran “The Butterfly Effect” menyoroti dampak krisis keanekaragaman hayati yang tidak hanya memengaruhi alam, tapi juga kehidupan manusia.

Melalui simbol kupu-kupu, pameran ini mengingatkan pengunjung akan pentingnya hubungan manusia dengan alam serta bagaimana keputusan-keputusan kita hari ini dapat menentukan arah masa depan. Titah membagikan pikirannya yang merupakan awal mula terinspirasi menjalankan proyek ini. Pertanyaan sederhana yang ternyata membuka pintu ke dunia kelam perdagangan satwa liar khususnya terhadap hewan kecil yang selama ini luput dari sorotan.

“Dulu tuh aku sering banget, lagi scroll sosial media sering banget ada berita soal perdagangan satwa liar, tapi aku merasa kenapa ya yang sudah banyak yang diberitakan tuh hewan besar kayak gading gajah, kulit harimau, cula—pokoknya selalu hewan besar. Bagaimana dengan nasib hewan kecil? Apakah dia juga diperdagangkan? Pertanyaan pertamanya itu sebenarnya, mulanya tuh di situ,” jelas Titah kepada Tim Relasi Media MIWF pada Sabtu sore (31/5/2025).

Titah pun mengungkapkan alasan di balik dipilihnya kupu-kupu sebagai objek dalam project-nya. Baginya, kupu-kupu bukan sekadar serangga biasa melainkan makhluk yang memiliki lapisan metafora yang kuat. Ia menilai bahwa kupu-kupu memiliki unsur puitis yang dalam.

“Dan kenapa kupu-kupu misalnya bukan serangga lain, kalau dariku aku merasa kupu-kupu tuh punya layer metafora yang bagus dibicarakan—kayak dia ada puitisnya, jadi kami merasa nanti kalau kami dapat ceritanya pasti bisa, apa ya sebagai penulis aku tuh merasa ini bisa, plotnya bisa bagus,” lanjut jurnalis asal Yogyakarta tersebut.

Sementara itu, Kurniadi menilai bahwa ide yang diusulkan Titah sangat menarik karena memberinya kesempatan untuk menangkap gambar yang tidak hanya memandang kupu-kupu sebagai objek tetapi melihat hubungan antara manusia dengan kupu-kupu.

“Kalau bagiku sendiri sebagai fotografer idenya Titah menarik karena kayak aku bisa memotret kupu-kupu tapi yang tidak hanya demi dirinya sendiri gitu, itu bagiku menarik jadi kalau dilihat di liputannya ada kupu-kupu tapi juga sebetulnya soal bagaimana manusia berelasi dengan kupu-kupu,” ungkap sang fotografer kawakan.

Pameran ini berhasil menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk Ila (19) salah satu pengunjung yang datang pada hari pembukaan, “Fun, interesting, kayak menarik terus fun aja sih dan fotografi juga lucu-lucu dan sebagainya terus detail-detailnya,” ujar Ila.

Lebih lanjut, Ila mengungkapkan bahwa kunjungannya ke pameran “The Butterfly Effect” memberinya pelajaran baru yang lebih dari sekadar hiburan dan ajang dalam menambah relasi, “Enjoyable, menyenangkan, ada insight baru. Overall fun sih menurutku, karena kita dapat pelajaran baru dan juga teman baru,” tambahnya.

 

Penulis : Nadila Putri M. Yakub

Fotografer : M. Yasin Ahmad

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top