MAKASSAR – Api Husien (API) dan Arshad Adam (ACAD) merupakan kolega yang berhasil berkolaborasi di bidang seni menghasilkan karya berupa puisi dan potret yang kemudian disatukan dalam sebuah pertunjukan.
Api Husien dikenal sebagai seniman interdisipliner asal Malaysia dalam karya-karyanya seperti puisi dan foto yang telah berhasil melahirkan sebuah photobook berjudul Mencari Rumah Untuk Pulang. Arshad Adam atau akrab disapa ACAD sendiri merupakan seorang fotografer asal Malaysia.
Dalam Makassar Internasional Writer Festival (MIWF) 2024 ini, API dan ACAD berkolaborasi dalam pameran foto bertajuk Mencari Rumah untuk Pulang. Lantas seperti apakah bentuk kolaborasi Api bersama Acad dan bagaimana proses kreatif yang mereka lakukan selama pameran ini? Berikut ini wawancara khusus yang dilakukan MIWF dengan Api dan Acad yang berlangsung di Benteng Fort Rotterdam pada Jumat (24/5/2024) malam.
1. Apakah ini pertama kalinya kalian ke MIWF? Jika pertama kali bagaimana kesan yang dirasakan?
ACAD: Kami berdua tentunya suka dan merasa senang dengan keadaan ini. Suka sekali melihat orang-orang membaca puisi dan tiba-tiba banyak orang yang menonton.
2. Boleh dijelaskan bagaiman gambaran program pameran ini berjalan?
API: Pameran ini dihasilkan dari 3 disiplin yaitu puisi, seni pertunjukan, dan fotografi. Ketiganya digabung jadi satu. Jadi di sini seperti perjalanan di terowongan. Bersambung dengan silent teater yang ditampilkan. Aktivitas pengunjung melihat foto-foto sebelum tiba di lokasi teater.
ACAD: Kami tidak menjelaskan kepada pengunjung, tapi relawan yang menjelaskan jika ada pengunjung bertanya tentang foto-foto ini karena kami juga sudah memberi tahu mereka sebelumnya.
3. Bagaimana awalnya API dan ACAD bisa berkolaborasi di MIWF 2024 ini?
API: ACD adalah senior saya (mempersilakan ACAD untuk menjawab).
ACAD: Jadi waktu itu, Api lagi launching photobook (gambar puisi) dan saya hobi memotret. Saya merasa amazed karena gambar dan puisi bisa disatukan. Jadi di MIWF 2024 ini, ada panggilan dan merasa ini adalah peluang untuk kolaborasi. Aku coba dan dapatlah bersama kak API ini.
4. Tema Mencari Rumah untuk Pulang ini terinspirasi dari mana?
API: Sebetulnya berasal dari karya yang asing. Puisinya sudah ada sejak 2016 dengan judul Mencarimu. Di tahun 2020 masa pandemi semua orang harus tinggal di rumah. Saya buat puisi tentang itu, saya buat pertunjukan lagi bertajuk Rancu. Ada sebuah kotak yang di dalamnya banyak kerancuan. Seperti itulah rumah digambarkan saat itu (masa pandemi). Setelah pandemi, saya mau membukukan puisinya. Lalu teman saya berkata, why not to combine puisi dan pertunjukkan (foto) untuk dibuat lebih solid. Lalu kenapa rumah? Rumah adalah suatu objek universal.
ACAD: Semua orang bisa menggambarkan atau mendefinisikan rumah seperti apa. Bisa bangunan, tempat yang nyaman, destinasi dan lain-lain.
API: Rumah itu tidak cuma nyaman, kadang berseteru tapi tetap betah.
5. Ada pesan khusus dalam karya-karya yang dipamerkan ini?
ACAD: Foto-foto yang dipajang ini unik. Agak berbeda dengan painting yang dimana kita bisa melihat warnanya. Foto hitam putih ini supaya orang bisa berimajinasi. Orang berpikir, tajuknya mencari rumah tapi tidak ada gambar rumah. Bisa jadi kuburan adalah rumah (menunjuk potrer kuburan)
API: Saya mau audines paham bahwa rumah bukan sekedar rumah. Ada interpretasi baru.
6. Bagaimana proses kreatif yang terjadi dalam pameran ini?
API: Sebenarnya awalnya lokasinya bukan di sini. Foto-foto ini sebenarnya sudah saya cetak dan sudah saya set. Ternyata tiba-tiba pindah kesini (terowongan). Jadi kami sibuk mengurus bagaimana gambar ini membuat korelasi dengan tempat. Sebelumnya saya sudah buat seperti ini (pameran) dengat set betul-betul seperti rumah. Jadi orang-orang bisa merasakan vibes rumah. Tapi di sini harus pikir mana rumahnya? Bagaimana buat ini jadi seperti rumah.
ACAD: Jadi ini (lokasi pameran) memberi gambaran rumah lebih abstrak. Seperti di atas, bisa langsung kelihatan langit. Jadi bagi beberapa orang, itu rumah tempat pulang kalau kita lihat langit. Begitu korelasi yang coba dibangun tentang rumah.
7. Apa yang akan didapatkan pengunjung setelah melihat pameran ini?
ACAD: Itu tadi membaca foto dan mengetahui apa yang dirasakan. Rumah tidak semestinya sebuah bangunan, menjadi tempat atau keadaan dan definisi rumah orang berbeda. Tergantung pada orang itu sendiri. Contohnya kalau dia kaya, mungkin rumah bagi mereka itu besar. Kalau orang kalangan rendah rumah itu kecil sudah cukup.
API: Foto-foto yang dipamerkan juga tidak pada umumnya jadi orang memiliki perspektifnya sendiri tentang rumah setelah melihat foto ini.
8. Bagaimana dengan rencana proyek masa depan Api dan ACAD?
ACAD: Saya sendiri ada pertunjukkan teater bulan Juli di Malaysia.
API: Belum ada, cuma kalau ada panggilan boleh.
ACAD: Untuk pameran ini (Mencari Rumah untuk Pulang) jika ada panggilan, bolehlah. Cuma gaya dan bentuk pamerannya mengikut tempat.
9. Terakhir, bagaimana harapan Api dan ACAD untuk MIWF?
ACAD: Sebenarnya kami belum bisa eksplor lebih jauh. Ini adalah second day cuma lagi sibuk urus tempat pameran di hari pertama.
API: Seandainya bisa diberi tahu sejak awal, kami bisa lebih maksimal atau prepare. Agar audiens bisa dapat experience lebih.
Api Husien dan Arshad Adam menyuguhkan pameran Mencari Rumah Untuk Pulang yang berlokasi di Gedung J, Benteng Fort Rotterdam, sepanang empat hari penyelenggaraan MIWF 2024. Tidak hanya memamerkan foto saja, akan ada pameran photobook dengan judul yang sama karya Api Husien.
Penulis : Nur Septiani A