Proses Halaman-halaman Petualangan Biru Kelana Dibahas di MIWF

MAKASSAR – Memiliki perbedaan dalam proses berkarya Sergius Susanto dan Della Dartyan Penulis sekaligus aktris menceritakam proses pembuatan buku mereka yang lahir dalam perjalanan mencari makna dalam hidup dan pemulihan diri.

Makassar International Writers Festival (MIWF) 2023 jadi wadah kedua penulis berbagi cerita proses pembuatan buku mereka yang dibalut dalam diskusi halaman-halaman petualangan Biru Kelana dan Bung di Banda dipandu oleh Irma Lutfiani secara daring. Kamis (8/03/2023)

Menjadi penulis sudah menjadi cita-cita sejak kecil aktris yang kerap disapa Della itu, begitupula dengan Sergius Sutanto, kecintaannya dengan literasi membuat ia bisa menciptakan karya-karya yang selalu menjadi perbincangan bayak orang.

Buku Biru Kelana diakui Della bukan tanpa alasan dirilisnya. Pemain film Akhirat A Love Story itu mengakui kalau menulis buku hanya bermodalkan nekat.

Della Dartyan menerangkan sejak kecil memang sudah menyukai aktivitas mendengarkan cerita dongeng maupun membaca. Setiap kali Majalah Bobo terbit terbit dan loper koran datang ke rumahnya, Della langsung meminta ayahnya untuk membacakan.

Della menggambarkan Biru Kelana sebagai spiritual perjalanan dengan alam dan merupakan self healing baginya. Penyembuhan itu dilakukan setelah mencapai masa titik terendah dalam hidup di 2016.

Tak kalah menarik, Buku Bung di Banda juga tidak kalah menarik dalam proses penulisannya, sebagai penulis yang juga bergelut di industri perfilman Sergius Sutanto merasa pada saat menulis buku ia berada dalam kebebasan, mempuanyai kuasa pada diri sendiri, yang membuat bisa dengan luas menceritakan tanpa ada batasan-batasan tertentu.

Sergius Sutanto bercerita dalam menulis buku novel Bung di Banda merupakan hal yang tidak mudah baginya, menulis cerita dengan latar belakang sejarah butuh riset dan pendalaman karakter pada tokoh-tokoh yang akan diangkat dalam cerita serta perlu dilakukan dengan hati-hati dan juga teliti.

Novel yang diriset selama tiga tahun itu menceritakan pertemuan empat tokoh pergerakan Indonesia yakni Bung Hatta, Bung Sjahrir, Bung Cipto, dan Bung Iwa di tanah pembuangan Banda Naira.

Empat karakter yang dimunculkan dalam novel sejarah itu Sergius Sutanto sebagai penulis perlu memahami dengan baik agar dapat menggambarkan karakter dengan baik pula.

Memotivasi penulis pemula, Della Dartyan dan Sergius Sutanto kedua penulis hebat ini menyampaikan dalam memulai menulis sesuatu diperlukan  niat dan tekad tanpa perlu memikirkan hasil karena untuk menjadi penulis yang baik perlu praktik lebih dan dalam proses menulis akan muncul perbaikan dengan sendirinya.

MIWF kembali digelar tanggal 8-11 Juni 202 di Fort Rotterdam, dan beberapa lokasi lainnya di Makassar, dengan pilihan tema: ‘Faith’.

Faith’ hadir sebagai pintu yang dipercaya dapat membuka ruang percakapan tentang agama, kepercayaan, nilai, dan tujuan hidup manusia. Tema tersebut tak sebatas membicarakan peran agama dan kepercayaan yang dipegang manusia ketika menghadapi masa sulit–seperti ketika seluruh dunia dihantam oleh pandemi. ‘Faith’ menawarkan perspektif untuk membangun harapan, daya tahan, dan menciptakan keseimbangan untuk menemukan makna, secara individu maupun kolektif.

Nurfitri Ismail

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top