Suarakan Keadaan Sekitar Melalui Sastra dan Musik

Makassar – Padat merayap merupakan kata yang mampu menggambarkan keadaan malam ketiga perhelatan Makassar International Writers Festival (MIWF) 2022, pada Jumat (26/6), di Rumata’ Art Space di Kawasan Gunung Sari. Jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, hari ketiga MWIF merupakan hari dengan pengunjung terbanyak, ada banyak pengunjung yang terpaksa tidak bisa memasuki kediaman Rumata’ Art Space karena panitia telah membatasi kapasitas pengunjung dengan pertimbangan protokol kesehatan.

Program terakhir pada hari ketiga, yakni Panggung Malam berhasil menghidupkan suasana intim, sendu, dan meriah dengan menghadirkan tiga pegiat sastra dari NTT dan dua penampilan spesial dari musisi muda Indonesia. Hal yang cukup menarik dari Panggung Malam kali ini adalah saat ketiga pegiat sastra NTT Jemmy Piran, Maria Pankratia, dan Afryantho Keyn membacakan karya sastra mereka. Puisi Jemmy, Afryantho, dan cerpen Maria ternyata lahir dari pembacaan keadaan di sekitar yang berhasil menyentuh perhatian pengunjung.

Misalnya saja Jemmy, ia membacakan puisinya mengenai human trafficking di NTT yang sampai saat ini perlawanan isu tersebut masih lantang disuarakan oleh Jemy dan kawan-kawannya.

“Human trafficking merupakan isu yang masih sangat dibicarakan di NTT. Untuk sekedar diketahui saja, dari tahun 2018 hingga 2020 korban yang meninggal dari luar negeri sebanyak 172 orang dan beberapa korban yang dipulangkan ke NTT dalam keadaan organ tubuh bagian dalam sudah tidak ada,” terang Jemmy.

Tak hanya penampilan Jemmy, Afryantho, Maria yang berhasil menghipnotis para pengunjung, penampilan spesial dari Hira Sanada dan Hara juga berhasil mencuri atensi pengunjung dengan lagu yang penuh makna serta suara merdunya.

Lagu pertama yang dibawakan oleh Hira senada dengan komitmen keberlangsungan MIWF, mengenai meminimalisirkan sampah. Membahas mengenai food waste, lagu Hira terinspirasi dari ketidaksengajaannya bertemu dengan orang-orang yang memesan makanan dengan porsi ‘kuli’ dan pada akhirnya menyisahkan banyak sisa makanan. Maka lewat lagunya, Hira berpesan untuk tidak lapar mata terhadap makanan karena fenomena food waste menyebabkan malapetaka pencemaran bagi lingkungan

Hari ketiga MIWF 2022 ditutup dengan penampilan Hara, salah satu lagunya bertajuk Kebun Terakhir. Berangkat dari keadaan para petani Indonesia yang tengah berjuang untuk mempertahankan tanah milik mereka, Kebun Terakhir menjadi menjadi tempat Hara untuk bercerita tentang harapan yang dapat tumbuh dalam keadaan duka.

Penulis: Nadya Dwi Chairunisa

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top