MAKASSAR – Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) menghadirkan sejumlah tokoh penulis skenario atau sutradara ternama Indonesia dalam agenda program Intelektual Property (IP) Talks : dari Buku ke Film di gedung Chapel Benteng Fort Rotterdam, Sabtu (25/5/2024) siang.
Sejumlah nama-nama tokoh tersebut antara lain Ratih Kumala, Prima Rusdi hingga Yandy Laurens sebagai narasumber, serta Riri Riza selaku moderator.
Penulis skenario film nasional untuk sejumlah film seperti Ada Apa Dengan Cinta (2002), Eliana, Eliana (2002) dan Yuni (2021), Prima Rusdi, mengungkapkan bahwa dirinya sangat mengapresi perfilman Indonesia saat ini.
“Saya sangat mengapresiasi perfilman Indonesia saat ini,” jelasnya.
Adapun penulis sutradara dan penulis skenario Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2001), Yandy Laurens, mengatakan bahwa adapatasi buku ke karya film adalah sebuah langkah yang baik.
“Saya selalu percaya penyebaran statement atau gugatan yang diekspresikan dari medium sebelumnya, ketika itu penting untuk kehidupan kita sebagai manusia, ketika mau diadaptasi yah menurutku itu hal yang baik, selama tujuannya itu akan selalu menjadi hal yang penting juga,” kata Yandi.
Yandi menuturkan, jika output dari adapatasi buku ke film tersebut dapat membuat sebuah karya menjadi semakin tajam dalam bentuk medium yang lain.
“Semoga jiwa penulis dan statementnya dari awal kenapa memuat karya itu, kalau bisa semakin tajam ketika dia menjadi dalam bentuk media lain, dalam hal ini film,” terangnya.
Yandi menambahkan, bahwa bukan hanya sekedar diadaptasi karena berpotensi mengundangan anomi luas, tapi kepedulian terhadap isi pesan karya sastra tak boleh diabaikan.
“Bukan terdistorsi atau hanya sekedar diadaptasi karena ada pihak-pihak yang merasa ini lebih friendly marketing, kepedulian terhadap apa yang penulisnya mau diutarakan, itu harusnya menjadi yang utama,” jelas pria kelahiran Makassar tersebut.
Adapun Ratih Kumala adalah seorang penulis novel dan kumpulan cerita pendek. Salah satu dari 8 karya sendiri sudah diangkat menjadi miniseries adaptasi platform streaming Netflix yakni Gadis Kretek. Novelnya sendiri terbit pada tahun 2012, dan menjadi serial 5 episode yang dirilis pada November 2023 lalu.
Ratih menuturkan, bahwa dirinya tidak pernah menargetkan novelnya, Gadis Kretek untuk diangkat menjadi sebuah film atau serial.
Ratih mengungkapkan, jika adaptasi buku ke film dinilai tidak jarang menghasilkan perbedaan cerita dalam hasilnya. Sehingga ketika Gadis Kretek ingin diadaptasi ke Netflix, ia ingin dilibatkan dalam pembuatannya.
“Dari awal aku ngomong, kalau aku mau terlibat dalam pembuatan film. Aku nggak mau lepas tangan,” pungkasnya.
Penulis : Andi Fatur Rezky Abdillah AR