Kinefilia: Eksplorasi Sinematik Asia Tenggara melalui Program Film Pendek

Kinefilia: Short Film Program (Neighbors) dimulai dengan pemutaran film asal Kamboja berjudul Sound of The Night oleh Chanrado Sok. Film ini mengisahkan dua penjual mie gerobak keliling setiap malam dan sering dihadapkan pada ancaman dari gangster dan pencuri yang merupakan pelanggan utama mereka. Keduanya mulai mempertimbangkan masa depan mereka yang tak menentu di tengah suara-suara yang mereka dengar perkembangan kota yang semakin pesat di sekitarnya.

Film kedua yang diputar berasal dari Vietnam berjudul Goodbye Baby, menghadirkan cerita yang absurd tentang seorang yang sulit tidur. Film yang disutradarai Le Quynh Anh memiliki sinematografi yang sangat unik ditambah visualisasi eksperimental yang dibubuhi ilustrasi desain grafis.

Sesi selanjutnya menampilkan film Jodilerks Dela Cruz, Employee of The Month karya Carlo Francisco Manatad. Film asal Filipina ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari petugas pom bensin pada malam hari. Ia menemui berbagai jenis pembeli, bahkan pembeli menyebalkan hingga kriminal yang membuatnya muak.

Film terakhir yang ditayangkan dalam sesi ini berasal dari Thailand berjudul A New Abnormal yang disutradarai Sorayod Prapapan. Film ini mengangkat tema masa pandemi COVID-19 yang cukup related dan dikemas dalam bentuk komedi. Film ini menggambarkan masa saat kehabisan stok obat, cuci tangan yang berulang, hingga pengamen yang diusir petugas karena tidak memakai masker.

Program dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama Adrian J. Pasaribu yang dimoderatori oleh Aziziah Aprilya. Saat ini, Adrian sedang dalam proses menulis buku Sinema Dunia Ketiga.

Menurut Adrian, film-film pendek yang telah ditayangkan sebelumnya punya keunikan yang menghubungkannya. Secara ideologi dan kultural, negara-negara di  Asia Tenggara memiliki sejarah penderitaan yang sama.

Keempat film tersebut masing-masing ikut serta dalam berbagai festival. Adrian menyebutkan bahwa pada tahun 1958 terdapat Kontes Film Asia-Afrika. Ia mengungkapkan bahwa festival film sebetulnya juga dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk struktur politik.

“Festival film tidak melulu perkara seni, ada struktur politik yang memengaruhi baik dari modal, keterlibatan negara dan stakeholder non-negara,” imbuh Adrian, Minggu (26/5/2024)

Film maker Indonesia sendiri mulai banyak yang tayang di festival Eropa setelah tahun 2010-an,” tambahnya.

Adrian menanggapinya pertanyaan dari peserta mengenai perbedaan film pendek dan film panjang.

Ia menjelaskan bahwa umumnya film panjang tayang di bioskop dan memiliki beban nasional atau regional sehingga sering membuat film kehilangan presisi atau keunikan. Sementara, film pendek sebenarnya memiliki beban itu, tetapi tidak sebesar film panjang.

“Jika ingin melihat Indonesia yang sebenarnya, ya, lihat film pendeknya,” tutur Adrian.

Penulis: Andi Tenri Pada

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top