Program “Penulis Indonesia dan Bahasa Ibu Mereka” yang merupakan bagian dari Makassar International Writers Festival 2024 sukses digelar di Fort Rotterdam pada Sabtu, 25 Mei 2024. Acara ini berkolaborasi dengan BASAsulsel Wiki dan menampilkan sejumlah penulis terkemuka sebagai pembicara, seperti Gody Usnaat, Kris Syamsudin, Theoresia Rumthe, dan Indah Darmastuti, dengan Amanche Frank sebagai moderator.
Dalam diskusi yang berlangsung, Indah Darmastuti menekankan pentingnya penggunaan bahasa ibu dalam karya-karyanya. Menurutnya, ada rasa yang tidak terwakilkan jika diubah ke bahasa Indonesia. “Kalau saya menyertakan bahasa Jawa dalam karya-karya saya, bukan hanya saya ingin memperkenalkannya pada publik, tapi tidak ada yang bisa mewakili bahasa ini ke dalam bahasa Indonesia,” tuturnya.
Hal ini disetujui oleh Gody Usnaat bahwa ada bahasa-bahasa tertentu yang memang tidak dapat diwakilkan oleh bahasa Indonesia dan ada pertimbangan khusus dalam penggunaannya.
Kris Syamsudin sendiri menegaskan bahwa penggunaan bahasa ibu tidak terkait dengan kepentingan politik. Menurutnya, jika terdapat pesan-pesan politik atau agenda tersembunyi, nilai dan makna suatu bahasa akan berkurang dan tidak pernah sampai. “Bahasa bukan cuma sekedar kompetisi atau politik, tapi hati nurani kita untuk mengangkatnya dengan sepantasnya,” jelasnya.
Theoresia Rumthe pun mengungkapkan bahwa kemuliaan bahasa ibu adalah untuk terkoneksi dengan leluhur dan identitas.
“Ketika menceritakan atau menyanyikan karya, kita berusaha untuk membersihkan hati dan sadar betul tujuan dari karya atau bahasa ini dinyanyikan. Ini sangat transendental, bukan hanya berkomunikasi dengan manusia yang hadir di sini, tapi juga manusia yang sudah mati,” katanya.
Acara ini menjadi pengingat pentingnya bahasa ibu sebagai warisan budaya yang harus dirawat dan dijaga. Diskusi ini menekankan bahwa bahasa ibu memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam dan menghubungkan kita dengan identitas serta leluhur kita.
Penulis: Andi Roesnaeni