Kita, Mereka dan Perjalanan Menelusuri Identitas

MAKASSAR – Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024 melaksanakan diskusi bertajuk Kita dan Mereka: Percakapan Lintas Identitas. Acara ini merupakan rangkaian dari perhelatan tahunan MIWF yang berlangsung di Gedung Chapel, Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Jumat (24/5/2024).

Kegiatan tersebut menghadirkan penulis dan fotografer perjalanan Indonesia, Agustinus Wibowo dan seorang penulis perjalanan (travel writer), Iqbal Aji Daryono. Dalam sesi diskusi ini Agustinus menceritakan proses perjalanan hidupnya hingga menerbitkan buku Kita dan Mereka: Perjalanan Menelusuri Akar Identitas dan Konflik Manusia.

“Buku ini sangat berbeda dengan buka saya sebelumnya, karena berangkat dari perjalanan pribadi,” ujarnya.

Sebagai seorang yang pernah mengalami tindakan deskriminasi, melalui buku Kita dan Mereka: Perjalanan Menelusuri Akar Identitas dan Konflik Manusia, Agustinus berusaha mencari akar dari permasalahan identitas, mulai dari negara, ideologi, keyakinan dan agama.

“Ini adalah proses bagaimana kita mencari identitas dari banyaknya identitas,” ucap Agustinus

Pria keturunan Tionghoa itu mengatakan dalam perjalanan mencari identitas sering sekali seseorang terjebak dengan identitasnya sendiri.  Untuk itu Agustinus mencoba untuk menjadi sisi yang netral.

“Dalam menulis buku ini saya bukan bertindak sebagai seorang pemuka agama dan lain sebagainya yang ada pada identitas saya. Tetapi saya berusaha berada dalam posisi netral untuk mengevaluasi seluruh identitas,” kata Agustinus.

Buku yang ditulis selama 6 tahun sejak 2018 rupanya terinspirasi dari buku Sapiens karya Yuval Noah Harari yang mengungkap tentang sejarah manusia. Dalam buku ini Agustinus berusaha menulis buku yang lebih ringkas tentang identitas.

Tak hanya itu Agustinus mengungkapkan ada tiga perjalanan yang dilakukan selama masa penulusuran mencari identitas. Salah satunya perjalanan fisik, yaitu ketika dirinya terjun langsung ke tempat-tempat yang didatanginya untuk mencari jawaban dari identitas.

Di sisi lain Iqbal menceritakan bagaimana dirinya lahir dan dibesarkan dari keluarga Muhammadia. Hingga ketika beranjak dewasa ia mulai bertemu dengan  orang-orang beragama lain.

“Mulai dari yang beragama kristen, katolik, hindu dan budha pokoknya sangat banyak,” ucap Iqbal.

Lebih lanjut penulis buku Lelaki Sunni di Kota Syi’ah itu mengatakan ketika hidup dalam negara persatuan dengan situasi yang komplit, akan sangat mudah dimainkan, “kita sulit menerima seseorang yang meyakini sesuatu yang berbeda dengan kita,” ujarnya.

Penulis : Friskila Ningrum Yusuf

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top