MAKASSSAR – Komunitas baca di Media Sosial menjadi jejaring populer yang menarik belakangan ini. Pasalnya, membaca dianggap menjadi hobi yang tak lagi menjadi aktivitas pasif, namun dapat menjadi aktivitas kampanye. Hal ini yang kemudian mendasari kalangan muda di Makassar membuat komunitas di media sosial. Lontarata book club menjadi salah satu komunitas yang diinsiasi Ai dan Fatih untuk lebih menghidupkan suasana media sosial menjadi lebih literat, terutama di Instagram.
“Bookstagram, lontara buku club, komunitas basisnya di Makassar, gimana trending literatur di IG, terutama share yang buku yang dibaca, dimana Instagram jadi medsos yang strategis, terutama engagement,” tutur Fatih di Taman Baca, Benteng Rotterdam.
Instagram lebih dipilih menjadi media untuk mereview buku, menurut Ratih karena membangun jejaring di Instagram menguntungkan. Sehingga siapapun orang yang ingin terlibat sebagai bookstagram bisa memulai. Ratih menambahkan, bahwa cara menjadi bookstagram sangat sederhana, cukup dimulai dengan mereview buku dengan memposting di Instagram.
“Bisa dinotice para penulis dan penerbit untuk mungkin bisa mempromisikan bukunya. Semua bisa jadi bookstagram, jadi cuma bisa review buku yang dibaca lalu diposting di IG, bentuknya audio seperti di Spotify dan Video di Reels. Foto yang estetik di IG,” tambahnya.
Fatih juga memberikan tips-tips bagaimana mereview buku untuk diposting di media sosial. Ia menjelaskan bahwa poin penting dalam mengulas buku adalah dengan menghighlight poin-poin dan sudut pandang menarik. Selain itu, penting memberika rating pada setiap buku yang dibaca.
“Mengulas buku ddngan baca poin-poin penting. Kutipan menarik. Sudut pandang menarik dari yang sudah dibaca. Tips-tips yang jadi kritik dan saran bagi penulis. Personal rate dari bukunya. Tulis identitas buku, penulis, penerbit, dll,” jelasnya.
Keuntungan menjadi bookstagram tidak hanya dapat membangun budaya minat baca. Menurut Fatih, namun juga jika ingin diseriusi bisa menjadi content creator di bidang literasi. Sehingga membuka peluang usaha dengan banyak jejaring, seperti penerbit dan penulis.
“Pengguna IG yang banyak, mungkin dengan posting buku di IG bisa membangun jejaring literasi yang luas, bisa menjadi content creator di bidang literatur,” tandas Fatih.
Sementara Ai, mengungkapkan bahwa adanya alogaritma di media sosial, terutama di Instagram dapat mempermudah menemukan jejaring yang memiliki hobi literasi. Sehingga menjadi pasar yang menarik bagi orang-orang yang punya concern pada literasi.
“Dengan adanya alogaritma instagram juga bisa mempertemukan jejaring di medsos sendiri dengan sama pembaca buku sehingga bisa tercipta jejaring bookstagrem.Pengguna IG itu banyak, jadi platform yang bagus untuk marketing, dibandingkan goodreeds dan blok, lebih interaktif IG karena banyak jejaring yang bisa temukan sendiri dengan alogaritma,” ungkap Ai.
Ai mengungkapkan bahwa komunitas Lontarata Book Club memiliki visi bahwa kedepannya bisa lebih giat mempromosikan literasi yang spesifik untuk dibahas. Terutama literasi lokal yang menurutnya penting untuk dipopularkan.
“Di komunitas ini (Komunitas Bookstagram Makassar), jangka panjangnya kita akan menentukan satu tema, mendiskusikan, posting di IG, untuk memperkenalkan budaya literasi lokal di Makassar,” jelas Ai.
Ai menutup bahwa mempopularkan budaya baca di media sosial tentunya dapat menjadi cara mengkampanyekan budaya literasi. Sehingga tujuan utamanya tentu saja menarik minat baca yang lebih modern.
“Bookstagram secara tidak langsung jadi media kampanye biar orang bisa suka baca, sehingga menginfluence orang untuk bisa baca,” tutur Ai.
Penulis : Fitria Nugrah Madani