Membincangkan Picture Book Bersama Rissa Narika dan Nai Rinaket

MAKASSAR – “Picture book itu belum punya terjemahan pastinya di bahasa indonesia itu apa,” kata Rissa Narika membuka diskusi Crafting the Picture Book dalam hari ketiga Makassar International Writers Festiival (MIWF) 2024 di Gedung K-3 Benteng Fort Rotterdam, Sabtu (25/5/2024) pagi.

Ilustrator dan pembuat cerita anak itu mengatakan picture book secara sederhana dapat diartikan sebagai cerita bergambar. “Ada juga yang bilang ilustrasi,” ujar Rissa.

Dalam diskusi itu, Rissa Narika ditemani Nai Rinaket, yang juga seorang penulis dan ilustrator dari Jawa Timur. Menurut Nai, Picture book di Indonesia memang lebih sering disebut cerita bergambar.

“Tapi dalam beberapa hal, buku bergambar adalah buku yang dihiasi atau dilengkapi dengan ilustrasi. Sedangkan picture book sendiri lebih kompleks,” kata Nai.

Picture book, disebut Nai adalah buku yang teks dan gambarnya itu punya hubungan yang cukup kompleks. Dan dia bukan hanya saling melengkapi saja. Tapi, dia juga tidak ingin membatasi para penulis dan ilustrator untuk lebih mengeksplorasi pembuatan picture book.

“Kita nggak pengen itu menjadi sesuatu yang sangat kaku. Nggak ada aturan baku juga yang bilang kalau bikin picture book itu harus gini. Karena pada perkembangannya picture book itu ada yang gambar aja dan ada bahkan yang nggak ada gambarnya. Teks doang yang membawa kita ke alam cerita,” tuturnya.

Di sela diskusi, Rissa Narika turut memaparkan data pendukung. Ternyata, buku anak di indonesia meruapakan salah satu yang penjualannya paling tinggi.

“Di pasar buku, walaupun datanya di tahun 2013 karena belum ada data barunya, buku anak itu penjualannya yang paling tinggi. Tapi itu memang kita belum tahu apakah itu buku novel anak, atau komik, atau apa. Itu belum ada kategorisasi,” bebernya.

Tetapi, data tersebut bagi Rissa belum bisa jadi acuan untuk menganggap kalau literasi anak sudah lebih baik.

“Sebenarnya kadang-kadang kita sering dengar kalau keinginan untuk membaca anak itu nggak terlalu tinggi tapi kok bisa sastra anak atau buku anak penjualannya tinggi. Dan apakah penjualan buku anak yang tinggi itu bisa di-convert ke literasi anak yang baik? Itu kan kita nggak tau nih,” ujar Rissa,

Ia cuma mengharapkan, buku anak dapat dinikmati tidak hanya oleh anak-anak tetapi juga orangtua.

“Aku sekedar ingin punya buku anak yang orangtuanya bisa menikmati dan anak-anaknya juga bisa dinikmati. Kan biasanya buku itu dibacakan orangtua untuk anak-anaknya,” tutur Risssa.

Penulis : Jushuatul Amriadi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top