MAKASSAR – Makassar International Writer Festival (MIWF) 2024 hadirkan diskusi “Mengapa Kita Membutuhkan Toko Buku?” di Taman Baca, Fort Rotterdam, Makassar. Kegiatan ini menghadirkan Pustaka Merahitam dan Dialektika Bookshop, pada Jumat (24/05/2024).
Aya, dari Pustaka Merahitam bercerita tentang keresahan komunitas mereka yang berdiri sejak 2019. Pustaka Merahitam merupakan sebuah toko buku kecil dengan pustaka lapakan, yang kini juga menjadi salah satu penerbit di Kota Makassar.
“Salah satu keresahan utama kami sebagai toko buku kecil adalah masalah biaya kirim, terutama karena penerbit berpusat di Jawa,” tuturnya.
Menurutnya, hal ini cukup memberatkan toko buku kecil dalam menghadirkan dan memudahkan ketersediaan buku-buku. Aya menyebutkan sebenarnya masih ada sistem konsinyasi dari beberapa penerbit yang memungkinkan toko buku kecil bertahan.
Aya menjelaskan Pustaka Merahhitam tidak hanya menjalankan sebuah toko buku mati, tetapi mencoba membangun komunikasi dan interaksi dengan pengunjungnya. Toko buku ini aktif mengadakan kegiatan Bincang Buku Pustaka dan bedah film untuk memantik diskusi.
“Kami berusaha tidak hanya fokus pada transaksi jual beli, tetapi juga membangun hubungan dengan pelanggan,” ujarnya.
Pengelola Dialektika Bookshop, Arifin turut menekankan hal yang serupa tentang pentingnya interaksi dalam toko buku kecil. “Yang membedakan toko buku kecil dengan toko buku besar adalah bagaimana kita merawat pembaca dan lingkungan sekitarnya,” jelasnya.
Menurut Arifin, peralihan buku fisik di era digital belum menjadi tantangan yang cukup besar bagi Dialektika Bookshop. Pasalnya, sebagian besar pembaca di Makassar masih lebih menyukai buku fisik dibandingkan e-book.
Berbeda dengan Aya, ia justru menyoroti mahalnya harga buku yang disebabkan oleh peningkatan harga kertas. Menurutnya, hal tersebut yang perlu dikritisi.
Selain itu, Arifin mengungkapkan bahwa toko buku fisik juga memiliki peran penting dalam mendukung penulis lokal dan penerbit independen. “Mereka (Toko Buku) adalah medium yang mampu menghubungkan pembaca dengan buku,” ungkapnya.
Nur Muthmainah