MAKASSAR – Makassar Internasional Writer Festival (MIWF) 2024 adakan diskusi panel bertema Menciptakan Budaya Inklusif Bagi Teman Tuli oleh Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) Sulawesi Selatan yang dilaksanakan di Veranda I Pojok Komunitas Benteng Fort Rotterdam, Makassar pada Sabtu (25/5/2024) sore.
Kegiatan inidihadiri oleh koordinator bendahara Pusbisindo Sulawesi Selatan yaitu Hj. Mariani Mustafa yang memperagakan materi guna memperkenalkan bahasa isyarat kepada pada panelis yang hadir.
Hj. Mariani Mustafa memperkenalkan Pusbisindo sebagai organisasi yang sudah berusia lebih dari satu dekade di bawah naungan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) yang diresmikan pada saat Rakernas di Jakarta.
“Pusbisindo ini berdiri pada 28 Februari tahun 2009 yang berada dibawah naungan Gerkatin yang kemudian diresmikan di Rakernas Jakarta,” jelasnya.
Pusbisindo saat ini telah memiliki 14 cabang yang terdiri diberbagai daerah di Indonesia yaitu Jakarta, Banten, Jogja, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jambi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan kali ini dijelaskan terkait visi misi dari Pusbisindo yang menjadi landasan bagi komunitas dalam penggunaan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).
“Visinya yaitu bahasa isyarat indonesia harus dilindungi dan diakui sebagai bahasa ibu dari komunitas tuli, serta misi yang pertama dapat mengembangkan bahasa isyarat yang ada di Indonesia yang berbeda-beda di seluruh Indonesia, yang kedua meneliti bahasa isyarat lokal, ketiga akses informasi sebaiknya menggunakan Bisindo, empat kalangan seperti orangtua, masyarakat umum, dan orang dengar bisa berkomunikasi lancar menggunakan Bisindo, yang kelima harus memberikan akses terhadap anak-anak tuli yaitu bahasa isyarat supaya anak-anak tuli bisa paham,” jelasnya.
Sebagai informasi disebutkan bahwa di Indonesia telah terdapat enam bahasa isyarat dari masing-masing daerah. Dan diketahui bahwa di setiap daerah memiliki bahasa isyarat yang berbeda-beda
“Di Indonesia sudah ada enam bahasa isyaratnya ada Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Parepare dan Bali itu berbeda-beda. Perbedaan tersebut diakibatkan karena perbedaan budaya di masing-masing tempat,” sebutnya.
Penulis : Andi Keisya Aulia Jamil