MAKASSAR – Hari ke-2 pelaksanaan Makassar International Writers Festival, Jumat (9/6/23) turut menghadirkan presiden direktur Mizan Group sekaligus seorang penulis, Haidar Bagir. Dalam program In Conversation with Haidar Bag : Makrifat Sakit dan Kematian, teman-teman MIWF mendengarkan beliau membahas mengenai judul buku terbarunya, Makrifat Sakit dan Kematian.
Bersama moderator, Chaery Ma, membuka sesi diskusi interaktif kali ini dengan pernyataan bahwa manusia seringkali merasakan berbagai macam rasa sakit, namun pastinya belum pernah merasakan sakit. Lalu ia menyerahkan kepada Haidar Bagir untuk berbagi cerita mengenai proses kreatif dalam penulisan buku “Makrifat Sakit dan Kematian” ini.
Haidar Bagir menyebutkan, ide untuk menulis buku tersebut muncul saat dirinya dalam masa kritis setelah menjalani beberapa pengobatan dan operasi. Merasa dirinya begitu terpuruk dalam anxiety, apa yang ditulisnya dalam buku “Makrifat Sakit dan Kematian” merupakan penguat yang membuatnya mengevaluasi diri.
Buku ini ditulis dengan perspektif agama Islam atau keimanan. Hakikat keimanan adalah kemauan untuk menerima bahwa manusia adalah makhluk yang banyak kelemahan. “Selama dirinya tidak bisa menerima itu, maka ia belum bisa memiliki iman,” ucap Haidar Bagir.
Haidar juga mengutip ayat dari Al Quran, bahwa hidup adalah cobaan dari Tuhan. Untuk mencoba menguji siapa yang paling ihsan, siapa diantara manusia yang paling indah amalnya. Maka dari itu, sakit juga merupakan salah satu dari cobaan.
Ia juga menceritakan suatu kejadian dimana sepasang ibu dan anak ditemukan dalam keadaan meninggal setelah terbawa arus sejauh 10 kilometer. Yang membuat banyak orang berpikir, bagaimana hal itu bisa terjadi. Mengapa hal sekejam itu terjadi kepada seseorang?
Haidar menjelaskan, bahwa ada suatu tulisan yang berusaha bahwa menunjukkan hidup adalah sekadar ilusi optik dan apa yang terjadi kepada sepasang ibu dan anak tersebut tidak benar-benar terjadi. Namun diciptakan oleh Tuhan agar manusia lain dapat menyadari bahwa orang lain telah merasakan cobaan yang jauh lebih berat, dan olehnya kita harus tetap beriman dan menjalani kehidupan dengan segala ujian dari Tuhan.
“Di balik cobaan rasa sakit itu, ada makrifat yang akan menjadikan kita mampu untuk melihat hal yang tidak bisa kita lihat saat tidak dalam cobaan tersebut. Sakit bisa dimaknai sebagai energi yang mendorong kita untuk melihat sesuatu yang mata batin kita tak mampu melihatnya.”
Maylafathma Azizah Wicaksono