MAKASSAR – Kritik film bukan sekadar menulis testimoni. Itulah pesan utama dalam Workshop Menulis Kritik Film yang digelar sebagai bagian dari program Makassar International Writers Festival (MIWF). Berlangsung di Gedung K-1 Benteng Fort Rotterdam pada Jumat (24/5/2024) pagi, workshop ini dihadiri peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga penulis profesional yang tertarik dengan wawasan mendalam dan praktik langsung di dunia kritik film.
MIWF menghadirkan Adrian J. Pasaribu dan Aulia Adam, dua narasumber berpengalaman di bidang kritik film sebagai pembicara pada workshop ini.
“Menulis kritik film tidak melulu berisi testimoni kita setelah menonton,” ungkap Adrian saat membuka acara. “Tulisan kritik itu mengandung banyak pertimbangan, bisa dari pengalaman seperti emosi dan perasaan. Seperti uji kelakayan melalui pengalaman subjektif dan isinya harus bisa dipertanggungjawabkan.”
Workshop Menulis Kritik Film ini menekankan bahwa kritik film bukan sekedar tulisan testimoni, tetapi sebuah analisis mendalam yang membutuhkan pemahaman terhadap elemen-elemen film dan teknik penulisan yang efektif.
“Konten, konsep dan konteks sangat berkaitan. Semua elemen yang tidak kita lihat langsung dari dalam film menjadi bagian dari film itu sendiri. Dan semua elemen itu bisa mempengaruhi pengalaman penonton dalam menangkap pesan dalam film,” jelas Adrian lebih dalam.
Selanjutnya, Aulia Adam manambahkan bahwa kritik film bersifat subjektif dengan tetap mempertimbangkan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan film. “Sifat tulisan kritik itu sangat subjektif. Tapi dalam menyusun kritik, semua pihak harus diperhatikan. Terutama sisi editor. Karena mereka yang akan meluruskan isi kritik kita terhadap sebuah film,” ujar Aulia Adam.
Sesi terakhir workshop ini mengajak seluruh peserta untuk menuangkan kritik atau perasaannya melalui penayangan film dokumenter In the Absence. Hal ini menunjukkan penangkapan pesan yang berbeda-beda pada tiap penonton film.
Baik Adrian dan Aulia Adam sama-sama berharap semakin banyak yang sadar dengan esensi kritik film. Mereka sepakat akan ada insight baru melalui kehadiran kritik film.
“Kritik pada dasarnya adalah apresiasi, terlepas dari jelek atau bagusnya. Itu punya fungsi bagi film maker, director dan semua yang terlibat dalam pembuatan film tersebut. Mungkin saja, ketika menonton film ini kita dapat pesan A, B dan C. Tetapi setelah membaca tulisan kritik kita bisa juga dapat insight D, E dan F,” ujar Adrian.
Penulis : Nur Qalbi