Makassar — Riding with stories “Menyusuri Cerita Kiri Depan, Daeng Bersama Teman Bus” jadi salah satu program di helatan Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) 2024 yang berlangsung di Benteng Rotterdam, Kota Makassar, Sabtu (25/5/2024).
Dalam kegiatan ini, sejumlah peserta yang tersebar dalam 4 bus milik Teman Bus menyusuri Kota Makassar. Adapun rute riding tersebut ialah Benteng Rotterdam – Panakkukang Square – Celebes Convention Center – Benteng Rotterdam.
Dalam perjalanan menyusuri Kota Daeng, para penumpang bus diajak berbincang-bincang mengenai mobilitas Kota Makassar bersama para kontributor buku Kiri Depan, Daeng.
Dalam bus yang ditumpangi Tim Relasi Media MIWF, kontributor yang hadir ialah Lusia Palulungan, Mansyur Rahim dan Ni Nyoman Anna Martanti.
Anna membuka bincang-bincang dengan menceritakan pengalaman masa kecilnya seputar moda transportasi.
“Saya sempat merasakan ke pasar naik bendi (kendaraan berkuda), sempat juga jaman-jaman dulu ketika ada ojek-ojek biasa dimana kita (penumpang) harus menawar harga, kita harus ke pangkalan ojeknya dulu dan naik pete-pete tentunya,” kenang Anna.
Sama seperti Ana, tulisan Mansyur dalam buku yang sama juga menuliskan hal yang senada. Mansyur bercerita perihal masa kecilnya yang selalu memakai jasa angkutan umum Damri untuk menuju perpustakaan seusai sekolah.
“Orang tua dulu itu lebih percaya kalau saya naik Damri,” kata dia.
Berbeda dengan dua kontributor lainnya, Lusi dalam tulisannya pada buku Kiri Depan, Daeng justru berisi kegelisahannya pada moda transportasi umum yang rentan jadi tempat kekerasan seksual.
Menurut Lusi, sebagai moda transportasi publik maka makna “aman” bukan hanya dalam artian tidak terjadi kecelakaan lalu lintas, tidak banyak sampah berserakan, tetapi juga aman dari kekerasan seksual.
Harapan Untuk Transportasi Publik di Kota Daeng
Ingatan-ingatan saat kecil Mansyur menurutnya juga harus diwariskan pada anak-anak saat ini, dimana transportasi umum yang ada harus aman pada anak.
“Saya berharap adek-adek kita sekarang bisa senyaman ini pada transportasi umum,” tuturnya.
Bagi Anna, transportasi umum yang ada harus aksesibel terutama bagi kawan-kawan disabilitas intelektual.
Lusi sendiri berharap informasi-informasi pencegahan kekerasan seksual pada transportasi publik harus masif digaungkan.
“Saya menelusuri Instagram Tema Bus dan juga informasi di dalamnya, saya melihat belum ada memang sama sekali informasi kepada orang atau semacam warning bahwa waspadai kekerasan seksual,” lugasnya.
Penulis : Saldi Adrian