MAKASSAR – Ajang tahunan Makassar International Writers Festival (MIWF) kembali dihelat pada 2024. Tahun ini mengusung tema “M/othering” yang berarti merawat atau mengasuh. Setiap tahun, MIWF terus berupaya menerapkan prinsip-prinsip agar MIWF dapat menjadi ruang aman dan nyaman bagi siapa pun.
Lalu, apa saja prinsip-prinsip tersebut? Direktur Makassar International Writers Festival, M Aan Mansyur bilang, MIWF sejak awal punya prinsip-prinsip yang terus dipertahankan.
“Misalnya tentu saja prinsip no all male panel,” kata Aan saat Konferensi Pers MIWF 2024 yang dilaksanakan di MaxOne Hotel pada Rabu (22/05/2024).
Dari total 100 lebih diskusi yang akan dilaksanakan, Aan menyebutkan kalau semuanya menerapkan prinsip no all male panel.
“Teman-teman tidak akan melihat satu pun yang semua pembicaranya laki-laki di MIWF,” jelas penyair Makassar itu.
Olehnya itu, MIWF berusaha memikirkan kelompok-kelompok yang memang concern dengan tema MIWF serta melibatkan untuk bekerja sama dengan lembaga yang juga punya komitmen yang sama.
“Tentu tidak mudah. Tapi kalau kita lakukan ini secara kolektif. Sebenarnya hal-hal seperti ini sangat masuk akan untuk dilakukan,” tuturnya.
Aan melihat, kunci dari pelaksanaan MIWF adalah soal kolektifitas atau kolaborasi. Kolektifitas ini disebut Aan akan menciptakan sustainibilitas (keberlanjutan).
“Kami membayangkannya soal sustainibilitas. Kita berkolaborasi dengan lembaga dan komunitas yang memang beririsan dengan tema MIWF.”
Ia mencontohkan kolaborasi dengan media independen project multatuli. Ada beberapa program kolaborasi yang dikerjakan bersama. Mulai dari pameran, hingga berbagai kegiatan diskusi.
“Salah satu hal yang kita memang (ingin) itu ada lembaga-lembaga yang sesuai dengan bahasan (tema) kita. Lembaga apa saja nih yang dilibatkan. MIWF pada dasarnya sangat terbuka untuk kolaborasi,” ungkapnya.
Yang tak kalah penting, bagaimana MIWF memberi ruang aman dan nyaman bagi siapa pun. Khususnya perempuan.
“Kalau teman-teman liat bagaimana MIWF ini, sebetulnya salah satu yang paling membedakan adalah kalau sebelutulnya di ruang kesenian ketika kita memberi ruang aman dan nyaman, lapang dengan perempuan misalnya, itu akan bagus sekali. Itu akan menjaga semangat kerja begitu,” ujar Aan.
MIWF sendiri dikerjakan oleh 75 persen perempuan. Aan mengatakan MIWF setiap tahunnya terus tumbuh dan bertumbuh. Menurutnya, Kolektifitas adalah kunci MIWF tetap berlanjut dan memberi manfaat.
“MIWF tumbuh dengan situasi di mana ruang kesenian melibatkan perempuan untuk berkarya. MIWF digerakkan sebagian besar oleh perempuan, ada banyak orang dari berbagai lini yang bertumbuh bersama MIWF. Sehingga ruang ini yang harus dijaga dan dirawat untuk tetap sustain dan memberi manfaat.MIWF bukanlah sekelompok orang yang tahu segalanya, namun merupakan hasil kerja-kerja kolektif,” tutup Aan.
Penulis : Jushuatul Amriadi
Foto : Andi Alan Galan Savana