MIWF 2024 Hadirkan Program Apresiasi Film Pendek Seantero Asia Tenggara

MAKASSAR – Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024 turut disemarakkan dengan pemutaran dengan film-film pendek pemegang penghargaan bergengsi. Untuk sesi hari pertama pada Kamis (23/4/2024) siang yang berlangsung di Gedung O Benteng Fort Rotterdam, kolektif sineas Makassar yakni Kinefilia menjadi mitra kolaborasi.

Moderator pada sesi MIWF Kine Club siang hari ini, memperkenalkan berbagai penghargaan yang telah diterima oleh para sutradara film pendek ini dari berbagai festival film international, seperti Official Selection dari Toronto International Film Festival. Pemutaran film disambut dengan antusias yang meriah dari para peserta. Diputarkan pula berbagai himbauan dan anjuran sebelum dimulainya film.

Film Once Upon A Time, There Was A Mom diawali dengan alunan musik tradisional, menjadi pemikat para penonton sebelum masuk ke scene utama. Digambarkan dalam warna monokrom, film pendek ini tergolong film yang membutuhkan konsentrasi tinggi agar dapat memaknainya dengan benar. Garis besar ceritanya mengisahkan kehidupan anak lelaki yang merindukan keharmonisan keluarga saat masih bersama Ibunya. Menarik dalam film ini, bunga lotus menjadi sebuah simbol dalam ritual yang dilaksanakan beberapa kali dalam adegan film.

Dilanjutkan dengan pemutaran film W.O.W garapan Diffan Sina Nurman asal Malaysia yang digambarkan melalui sebuah program talkshow dengan bintang tamu Dr. Zaman Khan, seorang pesohor yang baru saja menerbitkan sebuah buku yang berjudul Maternal Bondage. Berbeda dengan judulnya yang provokatif, buku ini justru berisi tentang Dr. Zaman Khan dan perspektifnya mengenai kehadiran ibu dalam hidup seseorang.

Karakter Dr. Khan, menyebutkan bahwa 50 persen penyakit muncul secara genetik dan menganggap bahwa itu adalah salah satu alasan mengapa ibu harus menyerah untuk memiliki seorang anak.  Ia sendiri mengakui bahwa ia tak punya ibu sejak kecil dan menolak bahwa kesuksesannya tidak ditentukan melalui ibu yang baik.

Karakternya justru menganggap kehadiran ibu sebagai penghalang setiap manusia untuk menemukan jati diri yang tersembunyi dalam diri mereka. Di akhir khir film, Dr. Zaman Khan kemudian ditimpa azab atas kutukan dari Puan Umi, yang ternyata adalah ibu kandungnya.

Film ini diakhiri dengan scene acapella dari paduan suara berpakaian warna putih yang menyenandungkan irama kesedihan atas apa yang menimpa Dr. Zaman Khan.

Primetime Mother sendiri adalah film tentang pemberdayaan terhadap para Ibu yang tengah berjuang demi masing-masing nasibnya. Penggambaran pemberdayaan tersebut ditunjukkan melalui karakter Ibu yang mengantri untuk melakukan audisi program televisi My Amazing Mama, dengan iming-iming sebesar 50,000 peso.

Peran Ibu dalam konteks film Primetime Mother secara sadar maupun tidak sadar selalu dituntut untuk bisa melakukan segalanya, termasuk dalam hal menafkahi keluarga yang seharusnya menjadi tugas kepala keluarga.

La Perra menjadi film keempat dalam sesi MIWF Kine Club. Keunikan film ini menjadi pembeda dari film-film sebelumnya sebab dikisahkan melalui karakter animasi burung elang. Elang betina yang menggambarkan seorang wanita yang tengah menjelajahi dan mencari tahu jati dirinya.

Pemutaran film terakhir yaitu dari sutradara Olin Monteiro, Sang Hyang Dedari, yang secara eksklusif ditayangkan perdana pada sesi MIWF Kine Club hari ini. Film pendek ini memuat dokumentasi dari rangkaian wawancara beberapa penari Sang Hyang Dedari.

Sang Hyang Dedari sendiri merupakan tarian tradisional Bali yang bermakna sebagai tari pemujaan religius dalam budaya Balimula. Tarian Sang Hyang Dedari ditarikan oleh anak-anak gadis Bali yang akan beranjak dewasa dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga. Ini disebabkan tarian Sang Hyang Dedari merupakan simbol kesuburan.

Sang Hyang Dedari menjadi film kelima dan terakhir yang diputar dalam sesi MIWF Kine Club yang diprogramkan langsung oleh Kinefilia. Sesi pemutaran film ini diharapkan akan menjadi ajang apresiasi karya-karya film pendek yang semakin membludak di Indonesia.

Penulis : Maylafathma Azizah Wicaksono

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top