Mothering in Filmmaking: Menggabungkan Feminitas dan Kreativitas

Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) mengadakan bincang-bincang tentang Mothering in Filmmaking pada Sabtu (25/5/2024). Acara ini menghadirkan tiga tokoh perempuan yang telah mendalami dunia film seperti Amanda Nell Eu, Prima Rusdi dan Hannah Al Rashid yang membagikan pandangan mereka mengenai pentingnya feminitas dalam proses kreatif pembuatan film.

Dalam industri perfilman yang kerap didominasi oleh laki-laki, muncul tren baru di mana nilai-nilai feminitas semakin diakui dan diapresiasi. Fenomena ini terlihat dalam berbagai karya terbaru yang menonjolkan perspektif perempuan dalam pembuatan film, menekankan pentingnya feminitas dan kreativitas yang dipadukan dalam proses sinematografi. Melalui pendekatan ini, para sineas perempuan tidak hanya mengekspresikan identitas mereka, tetapi juga menghadirkan narasi yang lebih beragam dan mendalam dalam industri film.

Dalam acara tersebut, para pembicara juga menekankan bahwa pembuatan film seharusnya tidak memandang gender. Semua individu yang terlibat dalam produksi film memiliki peran yang setara, tanpa adanya hierarki. Hal ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif, di mana setiap kontribusi dihargai tanpa melihat jenis kelamin.

“Tidak ada hirarki. Kita menghargai satu sama lain, kita tahu kita hebat di industri ini tidak peduli apapun gendernya,” kata Amanda Nell Eu.

Prima Rusdi menambahkan bahwa bekerja di industri film berarti berdamai dengan beragam profesi yang terlibat dalam proses produksi. “Ada sekitar 16 profesi yang terlibat dalam pembuatan film, dan semua memiliki peran penting. Tidak ada satu profesi pun yang lebih tinggi dari yang lain. Ini adalah kerja tim yang membutuhkan kolaborasi dan penghargaan terhadap setiap peran,” jelasnya.

Para sineas juga menekankan bahwa tugas utama mereka adalah memanusiakan manusia lain melalui karya-karya mereka. “Kita memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan makna dan menghargai pengalaman hidup orang lain,” sambung Prima Rusdi lebih dalam.

Selain itu, mereka menyoroti pentingnya memiliki kebebasan dalam memilih tim produksi. “Kita bisa memilih bagaimana tim kita dalam pembuatan film, memastikan bahwa setiap anggota tim merasa dihargai dan didukung dalam proses kreatif,” ujar Hannah Al Rashid.

Acara ini yang menyoroti penggabungan feminitas dan kreativitas ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak sineas perempuan untuk mengekspresikan identitas mereka melalui karya-karya yang kreatif dan inspiratif. Dengan demikian, industri film dapat menjadi lebih inklusif dan mewakili beragam suara dan pengalaman.

Penulis: Nur Qalbi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top