Pre-Launch Novel Malam Seribu Jahanam by Intan Paramaditha : “Demi Jannah ia Ciptakan Jahanam”

Disclaimer: Trigger warning, blood mentions

MAKASSAR – Perhelatan Makassar International Writers’ Festival 2023 menjadi kesempatan bagi para penggemar untuk mendengarkan Intan Paramaditha bercerita mengenai novel terbarunya Malam Seribu Jahanam, untuk pertama kali.


Agenda pre-launch novel Malam Seribu Jahanam bertempat di area Chapel, Fort Rottterdam pada hari Sabtu (10/6/2023) yang juga dihadiri oleh Mirna Yulistianti, selaku Senior Editor Gramedia Pustaka Utama serta Ilda Karwayu selaku moderator untuk sesi pre-launch ini.

Malam Seribu Jahanam merupakan kisah dari tiga dara yang hidup bersama Nenek Victoria. Tiga cucu nenek Victoria ini memiliki nasibnya masing-masing. Dara pertama ditakdirkan menjadi seorang penjaga, lalu dara kedua merupakan seorang pengelana. Dan dara terakhir menerima takdir sebagai pengantin. Yang kemudian rumah mereka hancur dalam ledakan bom bunuh diri.

 Novel yang bertema ‘gothic’ ini merupakan karya Intan Paramaditha yang ke-2 setelah merilis Gentayangan di tahun 2017. Intan berbagi cerita mengenai proses kreatif yang dilewatinya selama penulisan buku.

Kurang lebih perjalanan novel Malam Seribu Jahanam, Intan memberikan sebanyak lima draf kepada Mirna Yulistianti sebelum akhirnya diputuskan untuk terbit. Ia juga melakukan 3 riset sebagai komponen dalam menyusun Malam Seribu Jahanam

Salah satu riset yang dilakukan Intan ialah mengunjungi beberapa titik dimana latar tempat pada novelnya terjadi. Ia juga melakukan riset estetika, yang memperhatikan suara narator, style novel seperti apa yang diinginkannya. Dalam hal tersebut, Intan biasa kembali membaca buku lain dan menganalisis aspek-aspek apa saja yang ia ingin ia tuliskan dalam novel.

“Saya ingin menggambarkan rumah sebagai hal yang penting. Rumah yang bisa memengaruhi tokoh bersikap seperti apa dan sikap tokoh terbentuk melalui rumah,” tutur Intan saat ditanya mengenai risetnya.

Pada riset novel ini, Intan ingin membuat para pembaca tidak hanya seperti membayangkan dalam kepala, melainkan bagaimana Intan dapat melahirkan suasana kota/latar tempat pada bukunya.

Dengan munculnya pertanyaan mengapa Intan cenderung memilih untuk menulis dengan tema horor & gothic, Intan mengaku ia sangat dipengaruhi oleh bacaan yang dibacanya semasa kecil. Ia bercerita bahwa ia senang mengunjungi toko buku saat dibawa Ibunya bekerja, dan mulai memiliki rasa ingin tahu tentang dunia menulis. Yang kemudian menjadi latar belakang mengapa ia menempuh pendidikan pada bidang Sastra Inggris.

Karya-karya sastra Inggris yang dipelajarinya kemudian menjadi titik berangkat mengapa ia senang dengan hal berbau abad ke 18, atau era Victoria yang seringkali memunculkan tradisi gothic.

“Karya gothic tidak harus horor. Saya lebih suka menulis tentang sesuatu yang ‘meneror’ dibandingkan horor yang berdarah-darah. Selain itu, gothic merupakan salah satu tema yang tabu, maka itu membuat saya tertarik,” ucap Intan.

Intan kemudian membacakan bagian awal dari Malam Seribu Jahanam kepada para audiens yang hadir. Para penggemar yang hadir berkesempatan pula untuk melakukan book signing dan foto bersama Intan dan novel terbarunya.

Ilda Karwayu kemudian beralih kepada Mirna mengenai rencana selanjutnya untuk Malam Seribu Jahanam setelah menghadiri MIWF. “Setelah ini kita akan ke Bandung, Jogja, lalu kembali ke Jakarta untuk promosi karya Intan,” jelas Mirna.

Intan mengungkapkan, akan ada lagi cerita dalam cerita Malam Seribu Jahanam ini seperti pertanyaan yang ditujukan oleh salah satu audiens. Intan berharap, cerita lain mengenai Nenek Victoria akan muncul dalam bentuk lain lagi.

“Malam Seribu Jahanam” oleh Intan Paramaditha sudah dapat dipesan online di website Gramedia Pustaka Utama untuk pre-order. Versi cetaknya dapat teman-teman temukan di booth Gramedia di MIWF 2023.

Maylafathma Azizah Wicaksono

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top