Peluncuran Buku: Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa
Raymond Carver ditemukan meninggal dalam keadaan telanjang. Dia terkubur mi instan di salah satu kamar Iowa House Hotel di Iowa City. Beberapa malam sebelumnya dia menemuimu dan dengan memelas meminta pertolonganmu untuk membunuhnya. Tiga plug tahun sebelum kejadian itu, Ray—seperti kebanyakan orang memanggilnya—diberitakan meninggal karena kanker paru-paru, tepatnya pada hari kedua bulan Agustus tahun 1988. Namun, itu palsu!
Paragraf di atas adalah prolog pembuka pada buku Faisal Oddang yang berjudul “Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa”. Buku penulis kelahiran Wajo ini di launching di Makassar International Writers Festival (MIWF), Rabu, 26 Juni 2019, di Ruang Dewan Kesenian Makassar (DKM) di Fort Rotterdam. “Saya mencoba merespon keadaan saat ini, dimana kita sulit membedakan antara kenyataan dan kebohongan,” ungkap penulis.
Penulis mencoba menghubungkan ketika Raymond Carver jatuh miskin, lalu datang ke Iowa dengan yang hanya satu dolar, ia datang ke tempat temannya dan meminta tumpangan. “Ini adalah fakta,” ungkap Faisal. “Karena miskin, dia akhirnya memakan mie instan. Ini adalah fiksi.” Menurut Faisal, mereka yang membaca buku ini akan dibingungkan antara realita dan fiksi.
Berbeda dengan buku sebelumnya, Faisal mengaku sangat menikmati menulis buku ini, karena tanpa ada tekanan sama sekali.
Faisal menulis buku ini selama 3 bulan, saat residensi di Universitas Iowa. Hal yang menginspirasi Faisal untuk mengangkat tokoh Raymond Carver berawal ketika terjadi pembunuhan di kampus yang ia tempati untuk residensi. Hal ini mengingatkannya pada salah satu buku Raymond Carver. Hal lainnya adalah hotel yang ditempati oleh Faisal sama dengan yang ditempati oleh Raymond Carver. Saat berangkat ke Amerika, Faisal mengisi separuh kopernya dengan mi instan.
Moderator, Wawan Kurniawan yang juga kawan Faisal mengungkapkan bahwa tantangan terberat Faisal dalam menulis buku ini adalah menghubungkan antara penulis terkenal Amerika Serikat, Raymond Carver, dengan salah satu makanan favorit di Indonesia, mi instan.
Acara Book Lunch berlangsung sangat ramai, mungkin karena kita semua akrab dengan yang namanya mi instan. Termasuk Neni Muhidin dan Safar Banggai—salah satu Emerging Writers—yang duduk dan ikut seta dalam diskusi. Suasana diskusi cukup santai dan penuh tawa, beberapa peserta melontarkan pertanyaan yang tidak serius.
Dwi Magfirah Jasal