MAKASSAR – Empat orang perempuan kembali duduk bersama pada program Reading Circle: Textual Mother, Maternal Text di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024. Mereka adalah Raisa Kamila, Ramayda Akmal, Cyntha Hariadi dan Ama Gaspar.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung K, Benteng Fort Rotterdam pada Minggu (26/5/24) tersebut dipandu langsung oleh Theoresia Rhumte. Dalam diskusi ini membahas lebih dalam seputar tema besar “mothering” melalui buku-buku karya panelis.
1. Perkenalan
Raisa Kamila merupakan penulis fiksi dan peneliti sejarah. Selepas sekolah menengah atas di Banda Aceh, ia melanjutkan pendidikan di Yogyakarta dan Leiden dan saat ini, tengah menjalani studi doktoral sejarah Asia Tenggara di SOAS University of London. Novel perdananya Perkara Keramat, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2024.
Ramayda Akmal adalah Dosen di Universitas Gadjah Mada. Novelnya Jatisaba memenangkan Lomba Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2010. Pada tahun 2017, novel keduanya, Tango & Sadimin menjadi Juara Kedua Lomba Penulisan Novel Internasional UNNES. Karya terbarunya Aliansi Monyet Putih diterbitkan pada tahun 2022.
Cyntha Hariadi menulis buku pertamanya lbu Mendulang Anak Berlari yang manuskripnya salah satu pemenang Sayembara Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015. Sampai kini, ia telah menerbitkan Manifesto Flora dan Mimi Lemon dua buku kumpulan cerpen, Kokokan Mencari Arumbawangi sebuah novel dongeng, dan CICA buku puisi terbarunya.
Ama Gaspar bergiat sebagai Ketua Babasal Mombasa, berhimpun dalam Perkumpulan Puan Seni Indonesia. la berfokus pada kerja-kerja kemanusiaan untuk literasi, sastra, seni, dan kebudayaan. Ama juga menulis dan menjadi editor paruh waktu, sembari terus mengurus komunitasnya. Ama adalah Emerging Writers MIWF 2014.
Tak lupa Theoresia Rhumte memperkenalkan dirinya sendiri. Ia lahir di Ambon, Maluku. la menulis puisi, mengajar wicara publik, menggelar panggung musik independen bernama Rempah Gunung.-Aroma Dendang Sahaja, dan mengelola Ruang Sajange. Beberapa buku puisinya: Tempat Paling Liar di Muka Bumi, Cara- Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi, dan Selamat Datang, Bulan. Buku terbarunya, Kadang Rumah Tak Memberimu Pulang masuk 5 besar buku sastra pilihan Tempo 2023.
2. Pembukaan oleh Moderator
Theoresia mengawali program dengan narasi seputar identitas diri (self branding). Ia mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki kebebabsan dalam memilih jati diri.
“Setiap orang bebas beragama, memilih jati diri. Memiliki kesadaran branding diri.
Yang perlu kita lakukan bagaimana agar kuat dan jati diri itu mengakar sampai mati,” terangnya.
“Branding/identitas diri akan mempengaruhi keluarga dan akan selalu ada dampaknya bagi keluarga,” lanjutnya.
3. Membaca buku
Ramayda mendapat kesempatan untuk membacakan buku karya Ama Gaspar yang bertajuk “Lagu Tidur”. Menurutnya, buku kumpulan puisi ini banyak berbicara tentang perempuan, utamanya tentang ibu, anak dengan lingkungannya.
Lebih lanjut, Ramayda menganggap bahwa cerita dalam puisi-puisi tersebut bisa menjadi jembatan juga bisa menjadi hambatan.
“…..seseorang yang ingin pergi, tapi tidak bisa. Ada upaya keluar dari keterjebakan, tetapi ada yang mematikannya,” tuturnya.
Kemudian, Ramayda mendapatkan hal menarik dalam buku tersebut, yaitu doa seorang anak kepada ibunya. Ia lalu membacakannya di depan para peserta.
Kesempatan kedua diberikan kepada Cyntha untuk memberikan perspektifnya terhadap novel “Perkara Keramat” karya Raisa.
Ia berseru bahwa novel tersebut bercerita tentang Aceh utamanya pada peristiwa tsunami. Seperti bumi yang diguncang dan setelahnya apa yang bisa kita bayangkan.
Hal menarik ditemukan Cyntha adalah karakter ibu (merawat) digambarkan pada tokoh seorang bapak yang bernama Om Jack. Ada bapak Haji Idris penjaga kedai dan Ibu Faradiba yang menyebalkan dan otoriter.
Ama Gaspar mendapatkan giliran membacakan gambaran isi novel Tango & Sadimin milik Ramayda Akmal.
Secara garis besar, novel tersebut berlatar di Tanah Jawa yang merupakan daerah asal penulis. Ramayda mencoba mendalami tempat tersebut dengan tiga tokoh utama.
Terakhir, Raisa membacakan buku puisi terbaru dari Theoresia Rhumte “Kadang Rumah Tak Memberimu Pulang”. Ia membacakan beberapa puisi yang telah mencuri perhatiannya, salah satunya adalah puisi yang berjudul “Umur”.
Penulis: Nur Septiani A