Ruang Aman dan Orang-orang Yang Membutuhkannya

Makassar International Writers Festival 2024 (MIWF) melaksanakan kegiatan Diskusi Ruang Aman di Komunitas Literasi. Kegiatan ini berlangsung di Taman Baca, Fort Rotterdam, Makassar, Sabtu (25/05/2024).

Acara tersebut menghadirkan pembicara dari Komite Anti Kekerasan Seksual Unhas, Santi, dan Komunitas Perempuan Mahardika Makassar, Suci. Dikemas dalam bentuk Focus Gruop Discussion (FGD), para peserta dari berbagai latar belakang dari mahasiswa hingga pekerja duduk melingkar.

Dalam diskusinya, Suci mengatakan ruang aman baginya adalah situasi dimana dirinya merasa aman apapun gender dan orientasi seksualnya saat mengekspresikan diri.

Suci menceritakan dirinya tumbuh dan melihat kekerasan itu terjadi sejak kecil. Bagaimana ia melihat kakaknya yang saat ini menjadi seorang transpuan sedari kecil ditolak oleh keluarganya. Di maki dan dipukul agar berprilaku sebagaimana pria seharusnya.

“Kamu laki-laki dan harus berubah,” ucap Suci kala mengingat kembali perkataan keluarganya terhadap saudaranya.

Sejak itu, Suci mulai mempelajari feminis, dengan mencari ruang-ruang dimana dirinya merasa aman.

“Aku terjun ke Komunitas Perempuan Mahardika dan melihat dunia lebih luas, karena ternyata rumah itu hanya lingkup terkecil,” pungkas Suci.

Perempuan sering kali tidak memiliki kesempatan untuk mendapat jabatan misalnya menjadi ketua. Hal ini karena patriarki sudah ditanam sejak kecil.

“Padahal Ini adalah tubuhku, otoritasku, tidak ada yang bisa mengaturnya bahkan orangtuaku sekalipun,” jelas suci.

Di sisi lain Santi mengungkapkan kampus saja sebagai tempat berkumpulnya orang-orang intelektual masih didapati kasus kekerasan seksual.

Pengalamannya menjadi bagian dari Komite Anti Kekerasan Seksual bertemu dengan para penyintas yang mengalami tekanan batin dan budaya.

Ia juga bertemu dengan pelaku kekerasan seksual yang bisa hadir dari mahasiswa (senior) maupun dosen.

“Bahkan pengetahuan yang diterima tidak akan linear dengan perilakunya, ketika dia tidak bisa mendefinisikan bagaimana ruang aman itu,” ujar Santi.

Dengan tema Melampui Sterotipe Ruang Aman Tanpa Stigma, Santi berharap di ruang tanpa batas ini setiap individu dapat diterima dengan rasa aman.

“Saya sering mendapat stigma negatif karena memjadi seorang yang liberal. Padahal ini adalah kebebasanku sebagai individu, dan ini adalah kemerdekaanku,” jelas Santi.

Penulis: Friskila Ningrum Yusuf

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top